Kisah Tukang Cukur Kulit Hitam Rintis Gerakan Merawat Kesehatan Mental

Kendati demikian, tukang cukur kulit hitam ini secara tegas menyatakan mereka bukan terapis kesehatan mental.

oleh Asnida Riani diperbarui 26 Jan 2021, 02:03 WIB
Lorenzo Lewis, pria penggagas gerakan tukang cukur kulit hitam jadi pendukung kesehatan mental pria keturunan Afrika-Amerika. (dok. Instagram @lorenzoplewis/https://www.instagram.com/p/CCvul_vB87l/)

Liputan6.com, Jakarta - Adalah Lorenzo Lewis, founder Confess Project Barber Coalition, sebuah organisasi nirlaba untuk membantu anak dan pria kulit hitam jadi versi terbaik diri mereka. Fokus operasionalnya termasuk bagaimana kesehatan mental terjaga sebagai sebuah komunitas.

Melansir laman CNN, Senin (25/1/2021), salah satu yang turut berpartisipasi adalah Ray Conner. Ia menelusuri ambisinya jadi tukang cukur sejak menghabiskan masa kecil di Detroit, Amerika Serikat. Tumbuh besar, Conner dilecehkan dan menyaksikan ibunya memerangi kecanduan narkoba dan alkohol.

Tak jarang ia pergi tidur dalam keadaan lapar. Ketika perlu sejenak "melarikan diri," Conner pergi ke A Cut Above Barber Shop di Eight Mile Road untuk mendapatkan potongan rambut baru dan berbincang hangat dengan tukang cukurnya, Jessie.

Siapa sangka, hubungan itu justru menemani Conner melewati hari-hari tergelap dalam hidupnya. "Jessie mungkin tak mengingat saya, tapi ia jadi tukang cukur saya saat kecil, menyelamatkan hidup saya, dan sekarang karena ia, saya bukan hanya seorang Master Barber, tapi juga Instruktur Barber," tulis Conner di ulasan Google toko beberapa bulan lalu.

Conner, yang berbasis di Johnson City, Tennessee, terinspirasi jadi tukang cukur dan mentor bagi pemuda kulit hitam lain yang menghadapi kesulitan. "Jika saya bisa memberikan apa yang ia (Jessie) berikan pada saya, saya tahu saya melakukan sesuatu yang hebat," katanya.

Ikut dalam lokakarya Confess Project Barber Coalition, awal tahun lalu, Conner terkejut mendapati Lewis berbicara terus terang tentang kesulitannya sendiri. Melalui koalisi, ia tak hanya ditunjukkan cara merawat kesehatan mental dengan lebih baik, tapi juga diberikan alat untuk menyediakan sistem dukungan yang sama pada kliennya.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Mengakomodasi Kebutuhan

Ilustrasi barbershop atau tempat cukur rambut. (dok. Pancos Barbershop)

Rasisme dijelaskan telah menciptakan kebutuhan unik akan dukungan dalam komunitas orang kulit hitam. Namun, data nasional Amerika Serikat justru menunjukkan banyak komunitas Afrika-Amerika yang sangat kekurangan sumber daya dan kurang terwakili dalam perawatan kesehatan perilaku.

Kondisi setahun terakhir telah memperburuk tantangan ini. Pandemi telah memengaruhi orang Afrika-Amerika secara tak proporsional, dan kejadian berulang dari ketidakadilan rasial, juga kebrutalan polisi telah menyebabkan peningkatan kebutuhan akan layanan kesehatan mental dalam komunitas.

Berkaca pada situasi ini, Confess Project bermaksud menjembatani kesenjangan dalam perawatan kesehatan mental dengan menyediakan ruang yang aman untuk berbicara secara terbuka tentang perjuangan setiap individu. Ini dipraktikkan dalam jaringan dukungan di antara para tukang cukur.

Sejak dimulai pada 2016, Barber Coalition telah menyebar ke 16 kota di Tenggara dan Midwest, melatih lebih dari 200 tukang cukur untuk jadi pendukung kesehatan mental bagi komunitas mereka. Krisis kesehatan global telah memaksa sebagian besar penjangkauannya beralih ke digital.


Mengapa Tukang Cukur?

Ilustrasi barbershop atau tukang cukur rambut. (dok. Pancos Barbershop)

Bagi pria Afrika-Amerika, perawatan diri dengan duduk di kursi tukang cukur telah jauh melampaui estetika pribadi. "Kami pergi ke tempat pangkas rambut untuk membicarakan segalanya," kata kata Darnell Rice, Direktur Keterlibatan dan Keanggotaan untuk Confess Project.

Penelitian telah menunjukkan bahwa tukang cukur efektif mempromosikan dan meningkatkan kesehatan masyarakat di komunitas kulit hitam. Keintiman memberi Lewis jalan untuk memulai gerakan kesehatan mental. Ditambah, kebanyakan tukang cukur sudah terlatih membangun hubungan dan kepercayaan dengan klien mereka.

Lewis sekadar mengambil satu langkah lebih jauh dengan mengajari anggotanya bagaimana terlibat dalam mendengarkan secara aktif dan membimbing klien mereka membicarakan masalah hidup mereka. Dari sana, para tukang cukur menjalani pelatihan tentang pengurangan dan validasi stigma sehingga mereka dapat memberi penguatan positif apa pun yang dihadapi klien mereka.

Bagi Conner, memotong rambut dan jadi pendukung kesehatan mental berjalan seiring, yakni sama-sama tentang memperhatikan detail. "Jika memperhatikan, Anda akan dapat mengidentifikasi jika ada sesuatu yang salah, bahkan jika itu adalah klien pertama kali, Anda akan dapat mengetahui apakah energinya padam," katanya.

Kendati demikian, para tukang cukur dengan cepat mengatakan bahwa mereka bukan terapis. Jika menemukan seseorang yang membutuhkan lebih banyak bantuan daripada yang dapat mereka tawarkan, Confess Project telah menghubungkan mereka dengan sumber daya lokal di komunitas.


4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya