Liputan6.com, Jakarta Kementerian Keuangan menawarkan Surat Berharga Negara (SBN) ritel tahun ini. Awal tahun ini, Kementerian Keuangan telah menawarkan Obligasi Ritel Negara (ORI) 19 dengan kupon 5,57 persen.
Direktur Surat Utang Negara Deni Ridwan mengatakan, penerbitan SBN ritel tahun 2021 ini ada 2 macam yakni syariah dan konvensional dengan berbagai macam variasi. Untuk awal tahun ini, penerbitan telah dilakukan untuk ORI19 dan ORI20.
Advertisement
"Untuk awal ini kita menerbitkan secara general konvensional akan 2 tradeable yakni ORI19 dan ORI20," ujar Deni saat diskusi daring, Jakarta, Senin (25/1/2021).
Kemudian, pemerintah juga akan menerbitkan surat utang untuk jenis non tradable yaitu Surat Berharga Ritel (SBR). Dengan demikian, akan ada tiga jenis surat utang konvensional yang akan diperdagangkan.
"Jadi totalnya adalah 3 yang konvensional. Sama yang syariah pun akan ada 3 kali penerbitan yakni 2 kali Sukuk Negara Ritel (SR) dan satu non tradable yakni Sukuk Tabungan (ST). Ditambah dengan Sukuk Wakaf Ritel (SWR)," papar Deni.
Adapun masing-masing penjualan surat utang tersebut yaitu, pada 26 Febuari 2021 akan ada penawaran untuk adalah SR014, April SWR002 ditawarkan 1 Februari. Kemudian 21 Juni akan diterbitkan SBR010.
"SBR010 yang sifatnya tradable, tenor 2 tahun. Kemudian 27 Agustus diterbitkan SR seri SR015, 27 September untuk ORI020 dan terakhir pada 1 November yakni ST. Jadi kira-kira itu tentatif penerbitannya SBN Ritel," tandasnya.
Anggun P. Situmorang
Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mengenal Obligasi Ritel Negara, Investasi yang Kebal dari Berbagai Risiko
Direktur Surat Utang Negara Kementerian Keuangan Deni Ridwan mengatakan, investasi Obligasi Ritel (ORI) negara dapat menghindarkan pemilik dana dari tiga faktor resiko investasi. Ketiga risiko tersebut antara lain risiko gagal bayar, risiko pasar dan likuiditas.
"Pertama risiko gagal bayar, itu karena dijamin pemerintah pembayaran kupon dan bayarannya, bisa dibilang risiko defaultnya zero percent," ujar Deni dalan diskusi daring, Jakarta, Senin (25/1/2021).
Kemudian kedua, kata Deni, risiko pasar. Risiko pasar ini intinya dibandingkan tingkat kupon yang diterima fixed rate dengan pergerakan imbal hasil di pasar dalam waktu ke depan.
"Dengan kupon ORI 5,57 persen ini masih menarik, kita sekarang dalam era suku bunga rendah. Yang bisa jadi acuan adalah subung BI 7 days repo rate 3,75 persen, ini bisa jadi patokan untuk berbagai instrumen investasi apa saja yang ditawarkan dengan ORI019," jelasnya.
Ketiga adalah risiko likuiditas. Salah satu obligasi yang ditawarkan pemerintah saat ini adalah ORI19. ORI19 dipastikan mudah diperjualbelikan setelah selesai masa holding period. Bahkan harganya bisa lebih tinggi jika dijual di secondary market.
"Ketika sudah lewat holding periode bisa dijual anytime. Dan, kalau jual di secondary market, ada potensi harga jual lebih tinggi dibandingkan sekarang, ada capital gain. Itu satu keuntungan," tandas Deni.
Advertisement