Liputan6.com, Jakarta - Musisi Erdian Aji Prihartono atau biasa dipanggil Anji rupanya baru saja sembuh dari COVID-19.
Lewat video berjudul Positif Dilawan Positif yang diunggah di kanal Youtube pribadinya, Dunia Manji, pada Minggu, 24 Januari 2021, terungkap bahwa pada Kamis, 7 Januari 2021, hasil swab test PCR menyatakan Anji positif COVID-19.
Advertisement
Sejak saat itu Anji memisahkan diri dari keluarganya dan memilih menjalani isolasi mandiri di studio pribadinya. Selama isolasi, Anji yang merupakan pasien COVID-19 dengan status Orang Tanpa Gejala (OTG) rutin mengonsumsi vitamin yang direkomendasikan dokter dan sang istri, Wina Natalia.
Selain tetap produktif, selalu berpikir positif, menyempatkan waktu untuk berolahraga, serta mengonsumsi berbagai macam vitamin, ada hal lain juga Anji lakukan selama isolasi, yaitu swab test antigen atau rapid test antigen.
Tidak dengan mencolok-colok hidung maupun tenggorokan, tapi menggunakan air liur. Hal tersebut terungkap pada menit 10 dan detik 59.
"Di hari ketujuh, saya membeli SARS-CoV-2 Antigen Detection melalui air liur. Ini dilakukan pagi hari, sebelum makan dan sebelum minum," kata Anji.
Sebelum melakukan swab antigen melalui air liur, Anji bercerita bahwa dirinya termasuk orang yang cukup sering bersin dan pilek di hari-hari biasa.
"Hidung saya sensitif, kena debu berlebihan, bersin. Begitu dinyatakan positif, saya flu biasa seperti yang sering saya alami," katanya.
Saat hendak melakukan swab antigen COVID-19 dengan air liur, Anji, mengatakan,"Sebenarnya kalau tesnya begini tidak sakit, kalau dicolok-colok sakit. Saya juga bingung, sebenarnya menular lewat droplets ya katanya. Seharusnya lewat air liur aja juga bisa.".
Simak Video Berikut Ini
Tanggapan Pakar Soal Tes Antigen Air Liur yang Dilakukan Anji
Menanggapi swab test antigen menggunakan air liur yang dilakukan Anji, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijman, Prof Amin Soebandrio, mengatakan, rapid test antigen yang sampai saat ini masih disarankan adalah swab (usap) dari tenggorokan atau hidung.
Akan tetapi belakangan memang tengah diuji apakah dari air liur bisa dilakukan untuk mendeteksi adanya Virus Corona atau tidak.
"Kami (Lembaga Molekuler Eijkman) sendiri sedang menguji apakah air liur itu bisa dipakai PCR juga. Akan tetapi kalau untuk antigen kami belum melakukan validasi apakah air liur itu bisa dipakai untuk menguji antigen," kata Amin yang juga Guru Besar Ilmu Mikrobiologi Klinik Universitas Indonesia (UI).
Amin sendiri berharap air liur bisa dipakai untuk mendeteksi keberadaan Virus Corona, agar lebih sederhana, jadi tidak perlu ditusuk-tusuk atau disogok-sogok. "Dan, antigen juga bisa lebih cepat, dan kita berharap tes antigen itu bisa dilakukan terhadap air liur," ujarnya.
Terkait tindakan yang Anji lakukan, Amin, mengatakan, perlu dilihat juga apakah kit tersebut memang bisa dipakai untuk menguji spesimen dari air liur atau tidak, karena tidak semuanya biasa. Tergantung buffer yang dikenakan.
"Apakah buffer yang dipakai itu bertentangan enggak dengan komponen-komponen di air liurnya," kata Amin.
Selain itu, kemampuan alat dilihat juga dari air liur yang digunakan. Menurut Amin, ada yang bisa langsung diludahkan dari ujung bibir (bawah lidah), misalnya, atau dari dalam mulut atau dari tenggorokan.
"Sebenarnya yang bagus itu adalah air liur dari tenggorokan bagian belakang, itu yang lebih baik," Amin melanjutkan.
Dikatakan 'baik', kata Amin, karena di situ mewakili sel-sel yang ada di saluran napas,"Walaupun ada virusnya (misalnya) kemungkinan besar lebih sedikit dari yang ada di tenggorokan. Jadi makanya yang lebih baik itu dari deep throat istilahnya.".
Advertisement
Eijkman Lagi Penelitian Menjadikan Air Liur untuk Deteksi COVID-19
Terkait penelitian yang dilakukan Eijkman, Amin, menjelaskan bahwa penelitian tersebut untuk melihat apakah dari air liur bisa dipakai buat PCR (polymerase chain reaction) buat menggantikan swab tenggorokan dan hidung, bukan antigen.
"Belum sampai antigen. Kalau nanti PCR selesai, baru kita akan menguji untuk antigen," ujar Amin.
Antigen merupakan tes cepat. Sementara PCR, memeriksa spesimen di laboratorium. Sama halnya swab test antigen dengan mengambil sampel di hidung, mengambil sampel melalui air liur pun banyak hal harus dipertimbangkan.
"Air liur itu banyak enzim-enzimnya. Itu mungkin berpengaruh terhadap pengujian antigen tersebut," katanya.
"Harus dipastikan apakah tes antigen itu bisa menggunakan sampel air liur dan apakah tidak ada komponen-komponen bertentangan. Kalau misalnya bisa, lalu pastikan air liur mana yang bisa dipakai, apakah yang dari depan atau yang harus dari tenggorokan," Amin melanjutkan.
Sebab, beda kit beda pula jenis air liur yang dipakai. "Tergantung kit itu didesainnya bagaimana," ujar Amin.
Semuanya, lanjut Amin, harus mengikuti petunjuk dari pabriknya. Setiap kit didesain untuk kondisi tertentu.
"Termasuk juga berapa sensitivitasnya, karena kan dari saya sebutkan jumlah virus di air liur dan jumlah tenggorokan mungkin berbeda," Amin menekankan.
Di akhir masa isolasinya, Anji tetap melakukan PCR guna mengetahui lebih jelas lagi apakah dirinya sudah negatif atau masih positif COVID-19.
"Bagus, tetap PCR. PCR itu standarnya yang paling tepat," ujarnya.