Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mendorong para pengusaha di Indonesia untuk memproduksi dan mengekspor barang berteknologi tinggi. Hal ini untuk membalikkan anggapan bahwa Indonesia selama ini hanya sekedar pengekspor barang mentah dan setengah jadi saja.
"Oleh sebab itu perlu kecanggihan dalam ekspor kita," katanya dalam diskusi Akselerasi Pemulihan Ekonomi, secara virtual, Selasa (26/1/2021).
Advertisement
Dalam perdagangan yang bakal menopang produk domestik bruto atau PDB di Tanah Air adalah konsumsi, ekspor dan impor. Sehingga penting agar konsumsi diperbaiki dengan memberikan kepercayaan terhadap pasar, agar industri dan investasi bisa berjalan.
"Sekarang ekspor kita yang akan jadi tren kita dari tadinya barang setengah jadi mengekspor barang industri dan industri berteknologi tinggi. Untuk itu kita perlu buka non-traditional market," jelas dia.
Dia mengaku senang, kerja sama perdagangan internasional di Indonesia sudah semakin meningkat. Menurutnya, dengan banyaknya kerja sama dagang dengan negara-negara lain bisa menjadi momentum bagi Indonesia untuk meningkatkan pangsa ekspor.
"Waktu saya jadi mendag dulu kita cuma punya CEPA dengan Jepang, punya skema Asian dan preferensial trade agreement sama Pakistan. Hari ini kita punya sama Australia, EFTA dengan Swiss, Norway, Islandia," jelas dia.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan video pilihan berikut ini:
Nilai Ekspor Desember 2020 Tembus USD 16,54 Miliar, Tertinggi Sejak 2013
Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mencatat, nilai ekspor Indonesia pada Desember 2020 sebesar USD 16,54 Miliar. Ekspor tersebut merupakan terbesar sepanjang 2020 dan tertinggi sejak Desember 2013.
"Bisa dilihat pada Desember 2020, nilai ekspor kita USD16,54 miliar. Perkembangan ekspor Desember ini sangat menggembirakan karena nilai ekspor Desember merupakan tertinggi selama tahun 2020," ujarnya, Jumat (15/1/2021).
"Dan kalau melacak ke belakang lagi, nilai ekspor bulanan pada Desember 2020 ini adalah tertinggi sejak Desember 2013 yang pada waktu itu USD 16,97 miliar," sambungnya.
Secara year on year nilai ekspor Desember 2020 meningkat bagus sekali 14,63 persen, dan peningkatan ekspor ini terutama didorong karena peningkatan ekspor non migas yang mengalami kenaikan 16,73 persen. Sementara ekspor migasnya mengalami penurunan 10,10 persen.
"Perkembangan ekspor Desember sangat menggembirakan. Biasanya Desember itu impor ekspor menurun karena banyak hari libur, tapi pattern pada bulan Desember 2020 ini terbalik dan ini tentunya sangat menggembirakan," jelasnya.
Nilai ekspor Indonesia menurut sektor pada Desember, untuk sektor pertanian mengalami penurunan 3,75 persen. Komoditas yang menurun cukup besar antara lain buah-buahan tahunan, udang hasil tangkap, cengkeh dan biji kakao.
Tetapi kalau bandingkan year on year, tumbuh menggembirakan 16,61 persen. Komoditas pertanian yang meningkat tahunan dan beri sumbangan besar adalah sarang burung, tanaman obat aromatik dan rempah, cengkeh, kopi, hasil hutan bukan kayu.
Ke depan, Suhariyanto berharap ekspor terus membaik seiring dengan naiknya permintaan berbagai komoditas dari negara tujuan utama. Kemudian juga peningkatan harga komoditas dan penanganan kesehatan di banyak negara termasuk Indonesia.
Advertisement