Liputan6.com, Washington, D.C. - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden meminjam batu bulan dari NASA untuk dipajang di Kantor Oval, Gedung Putih. Batu bulan itu dipinjam dari Johnson Space Center di Houston.
Menurut keterangan NASA, peminjaman itu adalah bentuk simbolik dalam pengakuan presitasi NASA serta misi eksplorasi AS ke Mars yang sedang berlangsung.
Berikut penampakannya di Ruang Oval, Gedung Putih:
Baca Juga
Advertisement
Batu bulan itu diambil pada 1972. Batuan itu diletakan di dalam ornamen yang bertuliskan sejarah batu tersebut.
"Astronot Apollo 17 Ronald Evans dan penjelajah bulan Harrison Schmitt dan Eugene Cernan, manusia terakhir yang menginjak kaki di Bulan, mengambil sampel ini dari batuan besar di bawah North Massif di Taurus-Littrow Valley," tulis NASA, dikutip Selasa (26/1/2021).
Berat dari batuan itu adalah 332 gram. Usianya 3,9 tahun dan terbentuk ketika ada tabrakan di Bulan.
Batu itu sempat dipotong oleh NASA untuk kepetingan penelitian. NASA berkata penelitian masih terus berlanjut untuk mempelajari Bumi dan Bulan sembari menyiapkan misi luar angkasa di masa depan.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Rekor Baru, SpaceX Luncurkan Roket dengan 143 Satelit
SpaceX meluncurkan roket Falcon 9 dengan membawa 143 satelit dalam misi rideshare pada Minggu (24/1). Peluncuran 143 satelit itu merupakan rekor terbaru yang dilakukan sebuah roket.
Dilaporkan CNN, misi ini bernama Transporter-1 membawa 10 satelit untuk jaringan internet Starlink milik SpaceX, dan lebih dari 130 satelit untuk berbagai klien.
Dua di antaranya adalah milik Planet yang mengaplikasikan satelit pencitraan bumi dan ICEYE yang mengembangkan satelit radar kecil untuk memantau es dan banjir.
Rekor pengiriman satelit ini sebelumnya dipegang oleh roket PSLV dari India. Pada 2017, roket itu membawa 104 satelit.
Transporter-1 adalah misi rideshare pertama SpaceX yang diumumkan pada 2019. Saat itu, perusahaan milik Elon Musk ini mendedikasikan peluncuran Falcon 9 untuk satelit yang lebih kecil (smallsat) ketimbang fokus pada satu saja.
Advertisement
Smallsat
CNN melaporkan bahwa popularitas small satelitte (smallsat) sedang meroket. Ukurannya mulai dari sebesar smartphone hingga kulkas.
Meski ukurannya kecil, smallsat itu sudah semakin canggih. Perusahaan-perusahaan pun makin tertarik untuk memilih smallsat untuk menunjang layanan perusahaan mereka.
Biasanya, smallsat menumpang satelit yang lebih mahal untuk mencapai orbit. Butuh waiting list yang tak sebentar agar mereka bisa menumpang.
Kini, perusahaan roket mulai melirik potensi smallsat dan mereka berjanji membuat roket dengan ukuran lebih akomodatif untuk memudahkan peluncurkan smallstat.
Rocket Lab dan Virgin Orbit berhasil meluncurkan roket lebih kecil dan telah memulai operasi komersial.