Analis: Sentimen Joe Biden hingga Kasus COVID-19 Tekan IHSG

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 1,89 persen atau 118,40 poin ke posisi 6.140,17 pada Selasa, 26 Januari 2021.

oleh Agustina Melani diperbarui 26 Jan 2021, 18:08 WIB
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih koreksi pada perdagangan saham Selasa, (26/1/2021). Akan tetapi, investor asing masih melakukan aksi beli di tengah tekanan IHSG.

Mengutip data RTI,  IHSG merosot 1,89 persen atau 118,40 poin ke posisi 6.140,17. Indeks saham LQ45 melemah 2,13 persen ke posisi 966,88. Seluruh indeks saham acuan kompak merah. Sebanyak 395 saham melemah sehingga menekan IHSG. 94 saham menghijau dan 138 saham diam di tempat.

Pada Selasam 26 Januari 2021, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.269 dan terendah 6.123. Total frekuensi perdagangan saham 1.465.888 kali dengan volume perdagangan 19,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 17,6 triliun.  Investor asing beli saham Rp 346,64 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 14.087.

Secara sektoral, 10 sektor saham kompak tertekan. Sektor saham konstruksi turun 2,9 persen, dan pimpin pelemahan IHSG. Diikuti sektor saham pertanian turun 2,7 persen dan sektor saham infrastruktur tergelincir 2,62 persen.

Analis PT Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menuturkan, ada sejumlah sentimen negatif yang menekan IHSG. Dari sentimen global, salah satunya kebijakan Joe Biden yang masih mempertahankan perang dagang dengan China.

Dari sentimen domestik, kasus COVID-19 yang tembus 1 juta pada Selasa, 26 Januari 2021 juga tekan IHSG. Jumlah kasus COVID-19 mencapai 1.012.350 pada 26 Januari 2021.

”Dua hal ini menjadi katalis untuk profit taking atau aksi ambil untung bagi investor yang sudah masuk semenjak tahun lalu,” ujar Wawan saat dihubungi Liputan6.com.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG koreksi 1,89 persen membuat IHSG secara year to date naik 2,69 persen ke posisi 6.140,17.

Hal senada dikatakan Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji. Ia menuturkan, kasus COVID-19 di Indonesia sudah menembus menjadi sentimen negatif bagi pasar saham. Ditambah perpanjangan masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) hingga 8 Februari 2021.

 “Di sisi lain, kebijakan politik luar negeri Biden yang lebih tegas terhadap China membuat pasar khawatir bahwa hal tersebut bisa berpengaruh terhadap hubungan perdagangan di antara kedua negara itu,” kata dia.

Sentimen lainnya terkait pasar menanti hasil rapat the Federal Reserve. Diperkirakan the Federal Reserve tetap mempertahankan kebijakan moneter.

 

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Pergerakan Saham pada 26 Januari 2021

Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saham-saham  yang cetak top gainers atau keuntungan terbesar antara lain saham LAND menguat 24,51 persen ke posisi Rp 254 per saham, saham GLOB melonjak 24,44 persen ke posisi Rp 336 per saham, saham IFSH naik 23,26 persen ke posisi Rp 530 per saham, dan saham BNLI melonjak 20,83 persen ke posisi Rp 2.900 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham PPLN turun 9,6 persen ke posisi Rp 113 per saham, saham PGJO merosot 8,62 persen ke posisi Rp 53 per saham, saham ADHI turun 6,98 persen ke posisi Rp 1.465 per saham, saham AGRO merosot 6,98 persen ke posisi Rp 1.000 per saham,  dan saham AGRO turun 6,98 persen ke posisi Rp 1.400 per saham.

Sejumlah saham yang dibeli investor asing saat di tengah tekanan IHSG antara lain investor asing beli saham BMRI sebanyak Rp 363,9 miliar, saham BBRI sebanyak Rp 85,3 miliar, saham MDKA sebanyak Rp 73,8 miliar, saham ASII sebanyak Rp 49,1 miliar dan saham INKP sebanyak Rp 34,3 miliar.

Saham-saham yang dijual investor asing antara lain saham BBCA sebanyak Rp 322,8 miliar, saham TLKM sebanyak Rp 28,7 miliar, saham PWON sebanyak Rp 20,3 miliar, saham CTRA sebanyak Rp 19,5 miliar, dan saham MIKA sebanyak Rp 19,1 miliar.

Bursa saham Asia cenderung melemah. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 2,55 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi susut 1,9 persen, indeks saham Jepang Nikkei merosot 0,96 persen.

Lalu indeks saham Thailand naik 0,48 perden, indeks saham Shanghai melemah 1,51 persen, indeks saham Singapura turun 1,01 persen dan indeks saham Taiwan merosot 1,8 persen.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya