Liputan6.com, Jakarta - Kedai kopi Noka Coffee, meresmikan outlet kelima mereka di kota Sungai Penuh, Kerinci, Jambi pada, Rabu 27 Januari 2020. Dalam media gathering yang digelar secara daring, Noka juga mengumumkan dimulainya kerja sama penggunaan teknologi blockchain untuk suplai biji kopi dengan perusahaan teknologi asal Jepang, Emurgo.
Sebagai brand yang mengedepankan tema The Infinite Story of Farmers, teknologi blockchain memungkinkan customer Noka Coffee untuk mengetahui perjalanan biji kopi yang mereka konsumsi from farm to cup: dari petani, kolektor, roaster, hingga diproses oleh barista di kedai. Caranya pun mudah, dimana customer hanya perlu memindai QR Code yang tertera di cup atau kemasan produk.
Baca Juga
Advertisement
“Kata kuncinya adalah apresiasi. Jika kita puas dengan suatu produk kopi, biasanya kita hanya akan memuji sang barista. Padahal faktanya yang menentukan 60% rasa kopi adalah proses di ladang dan 30% proses roasting. Dengan blockchain, narasi pemberdayaan petani dan setiap individu yang terlibat di hulu tidak lagi sebatas slogan tapi dapat turut diketahui customer. Semua proses transparan dan traceable,” ujar Panji Abdiandra, CEO Noka Coffee.
Salah satu produk andalan Noka adalah Mbak Erna Signature, yang dihasilkan dari biji kopi hasil budidaya salah seorang agripreneur terbaik Kerinci, Mbak Erna, di ketinggian 1,630 mdpl. Ketinggian yang cukup, ditambah pengelolaan kopi secara organik memastikan kompleksitas rasa biji kopi Sigararutang dan Andung Sari milik Mbak Erna mendapat nilai 8.5 dari Association of Indonesian Coffee Exporters and Industries (AICE).
Selain customer experience yang lebih baik, di hulu blockchain mendorong petani lebih bertanggung jawab dalam menjaga kualitas biji kopi mereka. Hal ini diakui oleh Suryono Bagas Tani, Founder dari Koperasi Petani Alam Korintji (ALKO), sebagai prosesor biji kopi Specialty Arabica Kerinci dari petani untuk Noka Coffee.
“Dengan 600 lebih petani yang kami bina, jika ada buyer tidak puas dengan kualitas produk, sekarang kami dapat segera mencari akar masalah dan lakukan pembenahan baik dengan petani maupun roaster. Blockchain sangat membantu dalam menjaga meningkatkan produktivitas dan menjaga kualitas biji kopi,” terang Suryono.
Dalam era teknologi seperti saat ini, terlebih pada saat pandemi dimana ruang gerak publik semakin terbatas – transparansi supply chain produk pertanian menjadi sebuah keunggulan tersendiri.
Meski sudah banyak diadopsi di pasar kopi dunia, hal ini terbilang baru di Indonesia. CEO Emurgo, Shunsuke Murasaki berharap akan semakin banyak pemangku kepentingan agribisnis Indonesia mengaplikasikan teknologi ini untuk meningkatkan nilai jual dan daya saing di pasar global.
“Kami tertarik untuk melakukan pilot project dengan Noka Coffee, karena mereka memiliki semangat untuk mengangkat cerita perjuangan petani kopi. Meski pengaplikasian EMURGO Traceability Solution membutuhkan proses sosialisasi dan edukasi yang panjang khususnya bagi petani kecil yang minim akses teknologi, namun kami percaya manfaatnya akan sustain dan menginspirasi banyak stakeholders,” tutup Murasaki.