6 Fakta Kota Semarang, Venesianya Pulau Jawa

Mulai dari asal-usul nama, hingga di balik sejumlah julukannya, berikut sederet fakta Kota Semarang.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Agu 2021, 02:06 WIB
Museum Art Kota Lama Semarang Hadirkan Flower Garden, Pengunjung Bisa "Bunglon"an

Liputan6.com, Jakarta - Nama kota Semarang tentu sudah tak lagi asing. Pesonanya pun tak sebatas peran sebagai ibu kota Provinsi Jawa Tengah. Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, kawasan ini punya catatan sejarah panjang.

Sepenggal buktinya bisa dilihat di kawasan Kota Lama Semarang yang telah menjelma jadi primadona Kota Atlas. Kendati, setiap orang bisa saja punya definisi masing-masing akan wilayah tersebut.

Apa pun itu, Semarang telah hadir menyemarakkan memori tak sedikit orang. Mengenal lebih jauh, berikut sederet fakta tentang kota Semarang yang dirangkum dari berbagai sumber, Selasa, 26 Januari 2021.

1. Asal-usul Nama Semarang

Nama Semarang berasal dari perpaduan kata "asam yang jarang." Sebutan ini diberikan Raden Pandanarang, putra pangeran Kerajaan Demak, yaitu Raden Made Pandan.

Pemberian nama Semarang terjadi ketika Raden Pandanarang sedang menggarap lahan pertanian. Kala itu, terdapat pohon asam yang tumbuh saling berjauhan di tanah subur. Hal tersebut jadi perbincangan karena pohon asam tak tumbuh di atas tanah yang subur.

Kejadian ini membuat Raden Pandanarang memberi nama Semarang. Kata "sem" berasal dari asem, dan kata "arang" berasal dari kata jarang.

2. Semarang Atas dan Semarang Bawah, Apa Bedanya?

Penduduk sekitar membagi Semarang jadi dua wilayah, yakni Semarang Atas dan Semarang Bawah. Hal ini kerap jadi patokan awal apabila saling berbicara seputar lokasi wisata di Semarang.

Lawang Sewu dan Kota Lama adalah beberapa tempat wisata di wilayah Semarang Bawah. Semarang Bawah merupakan pusat kota dan pemerintahan.

Sementara, Semarang Atas biasanya mengacu ke wilayah Kabupaten Semarang. Salah satu objek wisata di Semarang Atas adalah wilayah Gunung Ungaran.

 

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


3. Venesianya Pulau Jawa

Penataan kawasan kota lama Semarang (Foto: Dok Kementerian PUPR)

Beberapa kota di Pulau Jawa lekat dengan sebutan "van Java" sejak era kolonial. Seperti Bandung dengan julukan Paris van Java dan Karimunjawa sebagai Caribbean van Java, Semarang disebut Venetie van Java alias Venesianya Pulau Jawa.

Sebutan Semarang sebagai Venetie van Java muncul karena terdapat banyak sungai mengaliri wilayah tersebut seperti kota nun jauh di Italia itu. Tercatat ada sekitar delapan sungai yang mengalir di tengah kota Semarang.

 


4. Julukan Kota Atlas

Lawang Sewu, Semarang. (dok. Fadila Adelin)

Semarang juga disebut sebagai Kota Atlas. Namun, atlas yang dimaksud bukanlah mitologi Yunani, bukan pula buku peta dunia. Atlas merupakan singkatan dari aman, tertib, lancar, asri, dan sehat.

Julukan ini gencar disebut pada zaman kepemimpinan Gubernur Jawa Tengah, Muhammad Ismail. Semboyan ini bermaksud mengajak warga Semarang agar merawat kota lebih baik lagi. Muhammad Ismail sendiri menjabat sebagai gubernur pada 1983--1993.

 


5. Ikon Kota Semarang

Lawang Sewu di siang hari (dok. Fadila Adelin)

Siapa yang tidak tahu Lawang Sewu? Bangunan historis ini merupakan ikon kota Semarang. Bagaimana tidak, Lawang Sewu menyimpan banyak sekali cerita, dari sejarah hingga cerita mistis.

Lawang Sewu sendiri memiliki arti "Seribu Pintu." Namun, ternyata pintu di tempat wisata ini tak mencapai seribu, melainkan 928 pintu.

Nama sewu, seribu dalam bahasa Jawa, didapat dari warga lokal kala itu. Mereka terbiasa mengatakan sewu apabila melihat sesuatu dalam jumlah banyak. Pintu yang dibuat secara banyak itu sendiri dulu berguna untuk mempermudah komunikasi antar ruangan.

 


6. Makanan Hasil Akulturasi

Lumpia atau lunpia salah satu oleh-oleh khas Kota Semarang, Jawa Tengah. (Liputan6.com/Edhie Prayitno Ige)

Lumpia merupakan makanan yang identik dengan kota Semarang. Sajian ini sendiri sudah eksis sejak abad ke-19. Kemunculannya berawal dari pedagang Tionghoa, Tjoa Thay Joe, yang menetap di Semarang dan berjualan makanan sejenis lumpia.

Tjoa kemudian bertemu dan menikah dengan perempuan Semarang, yaitu mbok Wasih. Mbok Wasih sendiri juga berjualan makanan mirip lumpia, namun dengan isi yang berbeda. Makanan yang dijual mbok Wasih cenderung lebih manis dengan isian kentang dan udang.

Setelah menikah, keduanya memadukan ciri khas dagangan masing-masing dan berjualan lumpia. Nama lumpia sendiri diambil dari Olympia Park, pasar malam Belanda tempat pasangan ini berjualan. (Melia Setiawati)


Jangan Remehkan Cara Pakai Masker

Infografis Jangan Remehkan Cara Pakai Masker (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya