Liputan6.com, Jakarta- Dalam panggilan telepon perdananya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengisyaratkan sikap AS yang lebih keras terhadap Rusia.
Namun, AS tetap menyambut kerja sama dalam kesepakatan senjata nuklir baru dengan Rusia, seperti dikutip dari AFP, Rabu (27/1/2021).
Advertisement
Seruan itu dibawa oleh Gedung Putih guna membahas kemajuan dalam memperpanjang kesepakatan New START, yang membatasi kedua negara itu masing-masing maksimum 1.550 nuklir yang dikerahkan.
Kesepakatan itu mulanya dijadwalkan untuk berakhir pada 5 Februari 2021.
Selain itu, Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki juga mengatakan bahwa Biden mengkhawatiran tindakan pemerintah Rusia terhadap penangkapan oposisi, termasuk kasus Alexei Navalny yang mengalami keracunan pada 2020 lalu.
Diketahui bahwa Navalny saat ini sedang ditahan di penjara di Moskow dan selama akhir pekan, polisi melakukan penangkapan massal terhadap massa yang berdemonstrasi untuk mendukungnya di seluruh Rusia.
Gedung Putih juga menyatakan bahwa Biden dan Putin telah setuju untuk "bekerja segera" untuk menyelesaikan negosiasi terkait periode lima tahun yang baru untuk perjanjian New START sebelum berakhir.
Saksikan Video Berikut Ini:
Harapan untuk Lebih Banyak Stabilitas
Sementara itu, Kremlin mengatakan bahwa dalam panggilan telepon itu, Putin dan Biden "menyatakan kepuasan" atas pembicaraan dan pemimpin Rusia tersebut kemudian mengajukan RUU ke parlemen tentang perpanjangan lima tahun kespakatan New Start.
Di Washington, seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS yang enggan disebutkan namanya menyebutkan bahwa kedua belah pihak telah "mencapai kesepakatan ... untuk segera memproses kesepakatan itu pada 5 Februari."
Langkah tersebut meningkatkan harapan untuk lebih banyak stabilitas antara kedua negara paling bersenjata di dunia - menarik garis di bawah ketidakpastian yang terjadi di bawah pemerintahan Donald Trump, yang telah diganti Biden pekan lalu.
Pemerintahan Trump sebelumnya telah menawarkan perpanjangan selama satu tahun untuk kesepakatan New START.
Tetapi diskusi terhenti atas desakan AS pada verifikasi yang lebih keras terkait dugaan bahwa Rusia telah membekukan persenjataan nuklirnya.
Namun, Biden juga sangat berbeda dengan Trump dalam pendekatannya terhadap catatan hak asasi manusia Rusia dan Ukraina.
"Dia (Biden) mengemukakan dukungan kuat kita untuk kedaulatan Ukraina dalam menghadapi agresi berkelanjutan Rusia," kata Psaki.
Advertisement