Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menilai sektor konsumsi jadi pilar yang sangat penting dalam memulihkan ekonomi nasional di tengah pandemi Covid-19.
Oleh karenanya, ia hendak meminta kepada Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati untuk memberikan insentif pasar agar angka konsumsi kembali naik.
Advertisement
Mendag Lutfi mencermati, rendahnya angka konsumsi terlihat dari minusnya pertumbuhan kredit perbankan. Menurutnya, hal itu mengindikasikan banyak orang memilih untuk menaruh uang di bank ketimbang berbelanja, sehingga kegiatan ekonomi dan perdagangan jadi minim.
"Jadi sekarang bagaimana caranya? Kalau saya ingin bicara sama Ibu Sri Mulyani adalah untuk memberi insentif untuk memberikan kepercayaan kepada pasar agar orang mengkonsumsi dulu," kata Lutfi dalam sesi teleconference, Rabu (27/1/2021).
Jika konsumsi masyarakat kembali naik, maka pemasukan untuk sektor perdagangan akan kembali naik. Lutfi pun menjamin Kementerian Perdagangan akan mengelolanya secara baik.
"Nah begitu mengkonsumsi, kredit jalan lagi, beli mobil beli sepeda motor, dan saya menjamin inflow daripada barang-barang bahan baku dan bahan penolong ini akan baik tata laksana nya, tata kelolanya di Kementerian Perdagangan," tuturnya.
Di sisi lain, Mendag Lutfi kembali menyoroti surplus neraca perdagangan 2020 sebesar USD 21,7 miliar yang dinilainya tidak mengenakan. Menurut dia, banyak sisi minus dalam perhitungan tersebut yang justru menandakan perekonomian Indonesia pada tahun lalu dalam kondisi lemah.
"Karena surplus kita kali ini bukan surplus yang enak, bukan surplus yang seperti tahun 2012. Bahkan ini adalah kebalikan kebalikannya menunjukkan bahwa ekonomi kita ini sedang lemah, dan ekonomi kita ini kalau lagi lari maraton sedang terkilir kakinya," ujar Mendag Lutfi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mendag Muhammad Lutfi: Kita Dikerjai Negara Lain, Paling Menyakitkan Filipina
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi ingin menjadikan Indonesia sebagai negara eksportir sejumlah produk atau barang jadi. Namun misi itu kerap dipersulit oleh negara lain, termasuk negara tetangga seperti Filipina.
Lutfi menceritakan, Filipina yang jadi salah satu tujuan ekspor mobil produksi Indonesia malah mengeluarkan kebijakan safeguard berupa Bea Masuk Tindakan Pengamanan Perdagangan sementara (BMTPs) pada 5 Januari 2021. Kebijakan itu untuk melindungi produk lokal dari maraknya impor barang jadi asal negara lain.
"Dalam perjalanan, kita dikerjain banyak sama negara-negara lain. Yang paling menyakitkan adalah negara-negara yang dekat dengan kita seperti Filipina," kata Mendag Lutfi dalam sesi webinar, Selasa (26/1/2021).
"Mereka bikin safeguard untuk industri mobil. Dalam hati ya, sebenarnya industri mobil apa di sana. Yang terjadi balance of trade mereka karena current account mereka kena juga karena kita sudah ekspor barang-barang berteknologi tinggi," sambungnya.
Selain Filipina, langkah Indonesia untuk menjadi eksportir barang jadi ke negara dengan non-traditional market juga terhambat. Seperti Uni Eropa yang menggugat kebijakan Indonesia terkait bahan mentah (DS 592).
"Kita kena sengketa DS 592 oleh negara Uni Eropa, karena mereka ingin Indonesia selalu menjual barang mentah dan mereka komplain kenapa dlm 6 tahun terakhir Indonesia bisa jadi negara nomor 2 penghasil baja spesialis stainless steel," tuturnya.
Lutfi kemudian menjamin Uni Eropa bahwa Indonesia bukan hanya menguasai stainless steel saja, tapi juga aka menguasai sektor-sektor industri logam dan metal yang akan dikerjakan.
"Saya ingin kerja sama dengan Uni Eropa. Saya ingin tawarkan, jangan ribut, tapi kita akan kirim ahli baja kita supaya Uni Eropa juga bisa mendapatkan nilai tambah dari Indonesia dengan teknologi yang baru dan bagus," pungkas Mendag Lutfi.
Advertisement