Liputan6.com, Jakarta - Tingkat pencemaran plastik di perairan makin mengkhawatirkan seiringnya banyaknya sampah plastik yang terurai menjadi partikel plastik berukuran mikrometer atau mikroplastik. Yang lebih mengejutkan lagi adalah kabar dari sebuah rumah sakit di Italia, baru-baru ini.
Peneliti di Rumah Sakit San Giovanni Calibita Fatebenefratelli melaporkan penemuan mikroplastik di plasenta empat orang ibu hamil yang menjalani persalinan normal. Padahal, bayi-bayi tersebut dilahirkan dengan menerapkan protokol bebas plastik untuk mencegah kontaminasi.
Baca Juga
Advertisement
"Partikel ditemukan di kedua sisi plasenta dan di membran korioamniotik, kebanyakan berukuran 10 mikron, yang berarti cukup kecil untuk masuk dan berjalan melalui aliran darah," tulis akun Instagram @nowthisearth pada 22 Januari 2021.
Mikroplastik itu kemungkinan berasal dari kemasan, cat, atau kosmetik yang digunakan, dikonsumsi, atau dihirup oleh ibu. Secara global, lebih dari 300 juta ton plastik diproduksi setiap tahun. Meskipun hanya sembilan persen sampah plastik yang didaur ulang, sebagian besar berakhir di tempat pembuangan sampah dan saluran air sehingga mencemari lingkungan.
"Studi sebelumnya telah menemukan mikroplastik dalam makanan, garam laut, dan air minum, tetapi ini adalah pertama kalinya mereka dilaporkan ditemukan di plasenta manusia - penemuan ini mungkin menunjukkan kontaminasi lingkungan yang lebih luas dengan mikroplastik," kata akun tersebut.
Total, 12 potongan plastik ditemukan dari keempat ibu hamil tersebut. Hanya empat persen dari setiap plasenta yang dianalisis, jadi kemungkinan jumlah benda asing bisa lebih tinggi. Para peneliti mengatakan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan bagaimana mikroplastik di plasenta dapat memengaruhi pertumbuhan janin dan perkembangan sistem kekebalan.
Pada akhir Desember 2020, The Guardian sempat menurunkan berita tentang persoalan ini. Partikel mikroplastik ditemukan di plasenta bayi yang belum lahir untuk pertama kalinya, yang menurut para peneliti adalah "masalah yang sangat memprihatinkan".
"Ini seperti memiliki bayi cyborg, tidak lagi hanya terdiri dari sel manusia, tetapi campuran entitas biologis dan anorganik," kata Antonio Ragusa, direktur kebidanan dan ginekologi di Rumah Sakit San Giovanni Calibita Fatebenefratelli di Roma.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mikroplastik di Mana-Mana
Polusi mikroplastik telah menjangkau setiap bagian planet ini, dari puncak Gunung Everest hingga lautan terdalam. Orang sudah diketahui mengonsumsi partikel kecil melalui makanan dan air, dan menghirupnya.
Meskipun efeknya pada tubuh belum diketahui, para ilmuwan mengatakan ada kebutuhan mendesak untuk menilai masalah tersebut, terutama pada bayi. Pada Oktober 2020, para ilmuwan mengungkapkan bahwa bayi yang diberi susu formula dalam botol plastik menelan jutaan partikel dalam sehari.
Pada 2019, para peneliti melaporkan penemuan partikel polusi udara di sisi janin dari plasenta, yang mengindikasikan bahwa bayi yang belum lahir juga terpapar udara kotor yang dihasilkan oleh lalu lintas kendaraan bermotor dan pembakaran bahan bakar fosil. Para peneliti Italia menggunakan protokol bebas plastik untuk melahirkan bayi guna mencegah kontaminasi plasenta.
Dokter kandungan dan bidan menggunakan sarung tangan katun untuk membantu persalinan dan hanya handuk katun yang digunakan di ruang bersalin. Andrew Shennan, profesor kebidanan di King's College London, mengatakan kepada Daily Mail bahwa meyakinkan bahwa bayi dalam penelitian tersebut memiliki kelahiran normal tetapi "jelas lebih baik tidak memiliki benda asing saat bayi sedang berkembang".
Advertisement