Peneliti Indonesia Tak Khawatir Soal Virus Corona Inggris Akan Pengaruhi Vaksin COVID-19

Bila seiring berjalannya waktu ternyata virus Corona Inggris yang mendominasi Indonesia, vaksin COVID-19 akan dibikin lagi.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 27 Jan 2021, 17:50 WIB
Ilustrasi ilmuwan meneliti varian mutasi virus corona COVID-19. Photo by Trnava University on Unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Tim Uji Klinis Vaksin COVID-19 Sinovac dan Biofarma, Profesor Kusnandi Rusmil, mengatakan tidak khawatir mengenai virus Corona varian baru yang muncul di Inggris, serta pengaruhnya terhadap efektivitas vaksin COVID-19 yang ada saat ini di Indonesia.

Vaksin COVID-19 yang sudah tersedia saat ini dibuat sesuai dengan virus Corona yang ada di Wuhan, China. Jika seiring berjalannya waktu ternyata virus Corona dari Inggris yang lebih mendominasi di Tanah Air, maka dibuay vaksin baru sesuai dengan jenis virusnya.

"Untuk setahun ini tidak khawatir. Karena bentuk virusnya tidak berubah banyak. Tahun depan kita bikin vaksin baru sesuai dengan virusnya," kata Kusnandi saat dihubungi Health Liputan.com melalui sambungan telepon pada Rabu, 27 Januari 2021.

"Virus itu akan bermutasi, mutasi, mutasi, karena sifat virus adalah mutasi untuk memertahankan hidupnya," Kusnandi menambahkan.

Menurut pria yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung, dalam setahun ini virus Corona di Indonesia tidak banyak berubah, sehingga vaksin COVID-19 yang tersedia masih sangat berguna.

"Kalau dalam setahun ini masih ter-cover, karena bentuk virusnya tidak berubah banyak," kata Kusnandi.

Namun, enam bulan ke depan, Kusnandi akan kembali melihat sampai seberapa jauh terjadi perubahannya. Kusnandi dan tim akan memeriksa darah dari 1.620 orang relawan vaksin Sinovac.

 

Simak Video Berikut Ini


Virus Corona Ibarat Mobil Sedan

Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)

Kusnandi pun mengumpamakan virus Corona dengan kendaraan bergerak, "Dia itu keluarnya dalam bentuk sedan tapi karena lama-lama berubah, berubah, dan berubah karena mutasi, lama kelamaan jadi truk. Akan tetapi dalam setahun itu belum jadi truk, masih sedan. Masih bisalah masuk garasi. Ibaratnya masih bisa di-bekep di dalam garasi."

Lagi pula, lanjut Kusnandi, imunisasi atau vaksinasi tidak sekali untuk seumur hidup. Harus diulang-ulang. Begitu juga dengan vaksinasi COVID-19.

"Karena yang digunakan ini adalah vaksin yang dimatikan, bukan vaksin hidup. Kalau vaksin hidup tidak usah diulang, karena vaksin mati harus diulang," katanya.

"Seperti vaksinasi pada anak saja, diulang-diulang. Umur dua, tiga, empat bulan, terus umur 18 bulan diulang lagi. Terus pas masuk ke SD masih disuntik lagi, nanti kelas 6 disuntik lagi. Ketika sudah jadi ibu hamil disuntik lagi. Nah, kalau sudah enam kali suntik, seumur hidup daya tahannya," Kusnandi menjelaskan.

 


Jangan Ragu Vaksinasi COVID-19

Gambar ilustrasi diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Food and Drug Administration AS menunjukkan Virus Corona COVID-19. (US Food and Drug Administration/AFP)

Terpenting saat ini, Kusnandi mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk tidak ragu-ragu melakukan vaksinasi COVID-19. Sebab, vaksinasi merupakan cara lain dalam melawan penyakit yang disebabkan SARS-CoV-2 tersebut. 

"Sekarang kita ada vaksin. Uji cobanya menyatakan sekarang itu sudah efektif 65,3 persen. Artinya apa? Kalau kita dikasih vaksin, kita akan terlindungi 65 persen. " kata Kusnandi.

Kusnandi menekankan agar membuang semua keraguan akan vaksin COVID-19 yang ada saat itu. Sebab, 65,3 persen diperoleh dari penelitian, bukan asal-asalan sembarang angka. 

"Yang bilang itu BPOM. BPOM pastinya dari WHO dapat izinnya," ujarnya.

"Masalah mutasi (virus Corona), nanti diteliti lagi. Yang sekarang ini kan virus yang sekarang, itu efektivitasnya 65,3 persen. Artinya, kalau kita disuntik, 65,3 persen kita akan terlindungi. selebihnya akan terlindungi tetapi tidak langsung. Tidak langsung itu terkena dari herd immunity," Kusnandi menekankan.

 


Vaksinasi Bikin Kebal dari COVID-19

Ilustrasi gambar SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Corona COVID-19, diisolasi dari seorang pasien di AS. Diperoleh 27 Februari 2020 milik National Institutes of Health yang diambil dengan mikroskop elektron transmisi.(AFP/National Institutes Of Health)

Penting untuk diketahui, imunisasi atau vaksinasi akan membuat kita kebal. Kalau hanya kita yang divaksinasi, kita saja yang kebal, orang lain tidak. 

Akan tetapi kalau yang melakukan vaksinasi sekitar 80 persen atau 70 persen dari jumlah rakyat Indonesia, orang yang tidak diimunisasi bakal ikut terlindungi. 

"Bukan kebal, tapi ikut terlindungi," ujarnya. 

Kusnandi mengingatkan baru setahun pandemi COVID-19 menghajar seluruh dunia, tapi jutaan orang yang kena. Di Indonesia saja sudah 1 juta kasus COVID-19 pada Selasa, 26 Januari 2021. 

"Di luaran sudah 100 jutaan. Yang meninggal sudah banyak. Jadi, jangan takut sama vaksinnya tapi sama penyakitnya. Obat belum ada. Jadi, sekarang kita berusaha bikin vaksin dululah. Nah, jadi jangan takut diimunisasi. Imunisasi untuk melindungi diri kita, melindungi diri anak-anak kita, teman-teman kita, kalau kita diimunisasi kita terlindungi dan tidak menularin ke orang lain," kata dia.

"Semakin banyak yang diimunisasi, akan timbul herd immunity, jadi, lama-lama virus ini akan hilang. 3M jangan lupa. Makan yang banyak, makan yang sehat, olahraga ringan, dan jangan kumpul-kumpul," Kusnandi menekankan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya