IHSG Betah di Zona Merah Selama 3 Hari, Ada Apa?

Dalam tiga hari ini, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan, apa pemicunya?

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 28 Jan 2021, 07:59 WIB
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Selama tiga hari berturut-turut pada pekan ini, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona merah. Apa pemicunya?

Mengutip data RTI, IHSG tergelincir 31 poin atau 0,50 persen ke posisi 6.109,16. Indeks saham LQ45 merosot 0,39 persen ke posisi 963,13. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah. Pada Rabu, 27 Januari 2021, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.154,60 dan terendah 5.998,89. Total volume perdagangan 19,1 miliar saham dan nilai transaksi Rp 19,6 triliun.

Pada perdagangan kemarin, IHSG turun ke posisi 6.140,17. Pada Senin, 25 Januari 2021, IHSG melemah ke posisi 6.258,57 dari penutupan perdagangan 22 Januari 2021 di posisi 6.307,13.  Meski IHSG melemah beberapa hari ini, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), laju IHSG  masih tumbuh 2,18 persen secara year to date (ytd).

Direktur PT Anugerah Mega Investama, Hans Kwee menuturkan, ada sejumlah sentimen baik global dan domestik yang menekan IHSG. Dari global, investor mencermati paket stimulus COVID-19 oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden. Sebelumnya paket stimulus itu akan disahkan pada awal Februari tetapi tertunda.

“Masih empat hingga enam minggu lagi. Partai Demokrat dan Republik masih bernegosiasi,” ujar Hans saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan,  investor juga mencermati hasil pertemuan bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve sehingga cenderung hati-hati. Hans memperkirakan, the Federal Reserve masih mempertahankan suku bunga acuan.

"Kasus COVID-19 meningkat di Eropa dan Hong Kong juga menjadi perhatian pasar,” kata dia.

Ditambah program vaksinasi COVID-19 secara global juga menjadi katalis bagi pasar saham. Hans menuturkan, ketersediaan vaksin lambat terutama dari AstraZeneca sehingga mendorong Uni Eropa bertindak.

 

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Kasus BPJS Ketenagakerjaan Bayangi IHSG?

Pergerakan saham pada layar elektronik pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/7/2020). IHSG pada perdagangan di BEI turun pada Kamis (10/9/2020) pada pukul 10.36 WIB IHSG turun tajam sebesar 5 persen pada level 4.892,87 atau turun 257,49 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Dari internal, Hans menuturkan, kasus dugaan korupsi BP Ketenagakerjaan atau BPJS Ketenagakerjaan yang diselidiki oleh Kejaksaan Agung menjadi kekhawatiran pelaku pasar. Hal tersebut memberikan sentimen negatif untuk IHSG, 

"Kasus BPJS Ketenagakerjaan sempat buat pasar khawatir karena akan menyeret manajer investasi besar, takut ada redemption. Tetapi BPJS Ketenagakerjaan tidak separah Jiwasraya, karena unrealized loss,” kata Hans.

Selain itu, Hans menuturkan, transaksi margin cukup banyak sehingga terjadi aksi jual di pasar karena forced sell menekan IHSG. ”Margin call telah dorong forced sell sehingga menekan pasar,” ujar Hans.

Meski demikian, Hans menuturkan IHSG berpeluang menguat pada perdagangan saham Kamis, 28 Januari 2021 setelah beberapa pasar saham di zona merah. Hal ini karena tidak banyak sentimen di pasar. “Pelaku pasar menanti perkembangan pertemuan rapat the Federal Reserve,” kata dia.

PT Eastspring Investments melihat pasar saham 2021 berpotensi menjadi investasi menarik didukung oleh pemberian stimulus fiskal dan moneter yang diharapkan dapat kembali memperbaiki kembali kinerja perusahaan.

Meski demikian,  pihaknya melihat risiko volatilitas tetap ada terutama dari keberhasilan distribusi vaksinasi COVID-19 dan stabilitas pertumbuhan ekonomi global.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya