Liputan6.com, Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan, Kemenristek telah menghasilkan lebih dari 61 produk inovasi dalam mendorong percepatan penanganan Covid-19 di sepanjang tahun 2020.
Produk tersebut dikembangkan dalam beberapa kategori baik dalam bidang pencegahan, skrining dan diagnosis, obat dan terapi, maupun alat kesehatan dan pendukung.
Advertisement
"Produk inovasi ini juga terus dikembangkan secara sistematis agar terintegrasi satu sama lain," ujar Bambang dalam sambutannya di acara Rapat Koordinasi Nasional Riset dan Inovasi Nasional 2021, Kamis (28/1/2021).
Produk-produk inovasi tersebut terus disempurnakan dan beberapanya telahdigunakan oleh masyarakat. Misalnya ventilator, lalu Mobile Lab BSL-2 alias laboratorium berjalan untuk pengujian sampel Covid-19. Kemudian, ada pula Rapid Test Kit hingga GeNose C19, alatskrining cepat melalui hembusan napas.
Inovasi lainnya misalnya CePAD dan RT Lamp yaitu alat skrining berbasis antigen, dimana hasil tesnya dapat dikombinasikan dengan wearable device berbentuk gelang yang terhubung dengan internet untuk memantau kepatuhan mobilitas pengguna dengan hasil positif.
Nantinya, data hasil tes yang tersimpan juga dapat dimasukkan dalam aplikasi Health Pass atau paspor kesehatan untuk Covid-19.
"Untuk meningkatkan pemanfaatan dan daya guna produk Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 serta untuk mengetahui respon pengguna terhadap kinerja produk, Kemenristek juga telah melakukan Bakti Inovasi ke kurang lebih 15 kota/kabupaten di Indonesia," kata Bambang.
Sementara itu, ke depan fokus Kemenristek pada tahun 2021 dilakukan terhadap Prioritas Riset Inovasi Nasional dengan tetap berkontribusi maksimal pada penanganan Covid-19.
Saat ini, Kemenristek terus melakukan whole genome sequencing (WGS) untuk menguji molekular (surveillance) yang lebih luas untuk berbagai varian virus Covid-19 yang beredar di Indonesia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Menhub: GeNose Bisa Tes 30 Orang dalam 1 Jam
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan satu alat GeNose bisa digunakan oleh 30 orang dalam satu jam. Sehingga dinilai lebih cepat untuk mendeteksi dini virus covid-19 bagi calon penumpang Kereta Api.
Adapun alat GeNose akan mulai digunakan di dua stasiun yakni stasiun Senen Jakarta dan Stasiun Tugu Yogyakarta. Rencananya alat yang akan disiapkan di dua stasiun tersebut berjumlah 5-10 GeNose.
“Kita mencoba di 2 stasiun dulu, sementara stasiun lainnya masih menggunakan PCR, dan antigen. Kita beri opsi ke arah yang lebih murah. Sehingga kita bisa melakukan dalam 1 hari penuh, kita tahu GeNose ini hanya dites dalam waktu 30 detik, berarti satu jam satu alat itu bisa 30 orang,” kata Menhub dalam Bincang Editor GeNose di Transportasi Umum, Rabu (27/1/2021).
Menhub berpendapat jika satu alat GeNose bisa mendeteksi 30 orang dalam 1 jam, sehingga apabila tersedia 10 alat GeNose maka dalam 1 jam bisa mendeteksi 300 orang calon penumpang Kereta Api.
“Kalau kita punya 10 alat kita bisa melakukan 300 orang, kalau kita punya waktu 8/10 jam dalam sehari maka sangat cepat GeNose ini,” katanya.
Selain itu mengenai akurasi GeNose, Menhub telah mendapatkan informasi langsung dari UGM dan Kementerian Kesehatan bahwa akurasi alat pendeteksi corona ini mencapai 90 persen. Artinya sama baiknya seperti rapid test antigen yang berguna sebagai skrining awal.
“Tentang akurasi kita mendapatkan report dari UGM, dan kementerian Kesehatan bahwa akurasinya hingga 90 persen. Saya katakan alat ini tidak seakurat PCR, tapi memang ini sama seperti antigen, kita harus memastikan dengan PCR apakah kita positif atau tidak,” Jelas Menhub.
Menhub sangat mengapresiasi produk buatan anak bangsa ini, meskipun tidak seakurat PCR namun patut untuk dicoba sebagai skrining awal. Begitupun dengan PT Kereta Api Indonesia juga antusias dengan alat GeNose ini.
“Saya pikir dengan seperti itu GeNose ini efektif untuk dilakukan, ada upaya-upaya yang kita lakukan bagaimana satu negara yang berkeinginan menggunakan produk dalam negeri tapi kita pikir aneh, maka kita harus coba,” pungkasnya.
Advertisement