Liputan6.com, Tokyo - Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga pada Rabu, 27 Januari 2021 meminta maaf di parlemen setelah eksekutif dari koalisi yang berkuasa di partainya dilaporkan mengunjungi bar di distrik Ginza Tokyo saat pembatasan akibat pandemi COVID-19.
Padahal, saat ini Jepang tengah berupaya mengatasi penyebaran pandemi COVID-19 dengan tidak melakukan pertemuan kelompok.
Baca Juga
Advertisement
Jun Matsumoto, penjabat ketua di Partai Demokrat Liberal, dan Kiyohiko Toyama, penjabat sekretaris jenderal Komeito, mengaku mengunjungi bar tersebut minggu lalu, demikian dikutip dari laman Japan Times, Kamis (28/1/2021).
Pengungkapan ini muncul pada saat pemerintah sedang mempertimbangkan untuk memperpanjang keadaan darurat di tengah pandemi Corona COVID-19, yang juga mengharuskan restoran dan bar mempersingkat jam buka mereka.
"Karena kami sudah meminta masyarakat menahan diri, saya sangat menyesal," kata Suga di Panitia Anggaran DPR.
Menurut laporan online oleh majalah mingguan Shukan Shincho, pada 18 Januari Matsumoto meninggalkan restoran sebelum jam 21.00 malam. Lalu pergi ke bar di Ginza sampai pukul 23.20 malam.
Majalah mingguan lainnya, Shukan Bunshun, melaporkan bahwa Toyama mengunjungi bar di Ginza, Jepang pada Jumat hingga larut malam.
Dalam keadaan darurat, orang-orang diminta untuk tinggal di rumah dan restoran diminta untuk tutup pada pukul 20.00 malam.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak video pilihan di bawah ini:
PM Suga Sempat Dikecam
PM Suga mendapat kecaman setelah mengambil bagian dalam dua pertemuan makan malam di Tokyo pada pertengahan Desember.
Padahal saat itu, pemerintah mendesak orang-orang untuk menahan diri dari makan dalam kelompok besar guna menahan penyebaran Virus Corona COVID-19.
Dia kemudian meminta maaf atas pertemuan tersebut, pertama di hotel mewah dengan sekitar 15 orang dan kemudian di restoran steak kelas atas dengan delapan orang yang hadir.
Pemerintah pusat mengumumkan keadaan darurat untuk Tokyo dan tiga prefektur yang berdekatan pada 7 Januari 2021 dan memperluas cakupannya ke tujuh prefektur lagi termasuk Osaka, Aichi dan Fukuoka enam hari kemudian.
Sebuah sumber mengatakan, keadaan darurat dapat tetap berlaku hingga akhir Februari.
Pada Selasa 26 Januari 2021, PM Suga mengakui sistem medis Jepang tidak siap untuk menghadapi lonjakan pasien COVID-19, seraya mengiyakan bahwa lebih banyak nyawa mungkin telah diselamatkan jika ada perawatan secara tepat dan tersedia.
Advertisement