Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 yang kini masih berlangsung membuat sebagian manusia kurang beristirahat nyenyak, bahkan mengalami kesulitan tidur. Baru-baru ini, beberapa ahli menilai istilah itu sebagai fenomena "Coronasomnia" atau "Covid-somnia".
Dilansir dari laman BBC, Selasa, 26 Januari 2021, fenomena tersebut melanda seantero jagat ketika mengalami gejala insomnia terkait dengan stres hidup selama Covid-19. Bahkan di China, tingkat insomnia naik dari 14,6 persen menjadi 20 persen selama lockdown.
Pembatasan sosial atau lockdown yang dilakukan di beberapa negara saat pandemi Covid-19 memicu meningkatnya masalah sulit tidur. Banyak penderita mengalami insomnia karena jarak sosial selama berbulan-bulan telah mengganggu rutinitas harian.
Baca Juga
Advertisement
Kondisi di masa krisis Covid-19 ini bahkan menghapus batasan kehidupan kerja dan membawa ketidakpastian yang terus berlanjut ke dalam hidup dengan berdampak membuat orang sulit tidur. Fenomena "Coronasomnia" membuat sebagian manusia terganggu kehidupannya, karena terus menerus mengalami kesulitan tidur atau kualitas tidur yang buruk.
Hal tersebut berdampak pada kesehatan jangka panjang, seperti obesitas, kecemasan, depresi, penyakit kardiovaskular, dan diabetes. "Coronasomnia" atau "Covid-somnia" diklaim sebagai kurang tidur yang waktu istirahatnya kurang dari tujuh jam. Pasalnya, kebutuhan istirahat manusia seharusnya delapan jam per hari.
Kondisi tersebut menyebabkan seseorang sering membuat kesalahan, merusak konsentrasi, memengaruhi suasana hati dan minimbulkan gejala stres. Faktanya, petugas layanan kesehatan sangat terpukul oleh fenomena ini selama 12 bulan terakhir.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Cara Mengatasi
Pada Desember lalu, University of Ottawa menganalisis 55 studi global terhadap lebih dari 190 ribu peserta mengalami depresi, kecemasan, dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD) sejak awal pandemi. Semua gangguan meningkat setidaknya 15 persen di antara petugas kesehatan, dengan insomnia mengalami lonjakan terbesar hampir 24 persen.
Lantas, bagaimana melawan kondisi sulit tidur di masa pandemi? Para ahli menyebut penting untuk mencari bantuan ketika mengalami fenomena ini. Tapi pula juga hal-hal yang dapat dilakukan individu untuk mencoba mengatasi fenomena "Coronasomnia", yakni olahraga yang cukup, jangan minum yang mengandung kafein, mengurangi aktivitas memainkan gawai sebelum tidur, merapikan kasur untuk posisi tidur yang nyaman, serta mematikan lampu kamar tidur agar lebih rileks.
Itu dia cara melawan fenomena "Coronasomnia" yang bisa Anda lakukan ketika mengalami gejala fenomena ini. Perlu diingat, fenomena ini sering terjadi pada orang dewasa. Maka dari itu sedapat mungkin untuk mengubah pola gaya hidup untuk menghindar dari fenomena ini. (Muhammad Thoifur)
Advertisement