Iran Buka Suara soal Rencana Penyerangan Israel

Usai panglima Israel mengumumkan rencana penyerangan, pihak Iran memberikan respons.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 28 Jan 2021, 16:43 WIB
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei membawa senapan saat menyampaikan kutbah Idul Fitri di Imam Khomeini Mausoleum, Teheran, Rabu (5/6/2019). Khamenei menyinggung inisiatif perdamaian Palestina-Israel yang digagas Presiden AS Donald Trump. (HO/Iranian Supreme Leader's Website/AFP)

Liputan6.com, Teheran - Seorang pejabat senior Iran pada Rabu, 27 Januari 2021 menanggapi pernyataan panglima Israel soal rencana penyerangan negaranya.

"Kami serius dalam membela negara," kata Mahmoud Vaezi, kepala staf Presiden Iran Hassan Rouhani.

Berbicara kepada wartawan di sela-sela pertemuan kabinet di Teheran, Vaezi menanggapi pidato Kepala Staf IDF Aviv Kohavi di mana dia mengatakan dia telah mengarahkan militer untuk mempersiapkan rencana operasional baru untuk menyerang Iran guna memblokir program nuklirnya.

"Mereka berbicara lebih banyak dan mencari perang psikologis, dan mereka hampir tidak memiliki rencana, tidak memiliki kemampuan, dan tidak ada kemampuan untuk melakukannya," kata Vaezi, menurut laporan media Iran.

Sementara itu juru bicara militer Iran Brig, Jenderal Aboulfazl Shekarji, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa jika Israel "keliru" terhadap Iran, Teheran akan "menyerang Haifa dan Tel Aviv secepat mungkin."

Vaezi juga mengindikasikan bahwa dia yakin pemerintahan Biden tidak akan responsif terhadap tuntutan Israel seperti Donald Trump, demikian dikutip dari laman Times of Israel, Kamis (28/1/2021).

"Tentu saja, beberapa pejabat rezim Zionis berpikir bahwa apapun yang mereka katakan, Washington akan menerimanya," kata Vaezi.

Dia menuduh menantu Trump dan penasihat khusus Jared Kushner sebagai "agen Zionis di Washington."

"Tapi saya pikir pemerintahan baru AS, seperti negara lain, memiliki kemerdekaannya," kata staf presiden Iran tersebut.

 

Load More

Simak video pilihan di bawah ini:


Komentar PM Israel

PM Israel Benjamin Netanyahu memberi sambutan saat peresmian Kedubes Guatemala di Yerusalem, Rabu (16/5). Netanyahu menyebut peresmian tersebut adalah tepat karena Guatemala menjadi negara kedua yang mengakui Israel pada 1948. (Ronen Zvulun/Pool via AP)

Vaezi juga menepis apa yang dia katakan sebagai lobi oleh Israel dan negara-negara lain di kawasan - "seperti Arab Saudi, yang merupakan musuh kita"--yang menentang kembalinya AS ke kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan kekuatan dunia.

"Kami tidak seharusnya menganggap serius hal-hal seperti itu" meskipun AS melakukannya, kata Vaezi.

Berbicara tak lama setelah komentar Vaezi, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Israel tidak akan menganggap enteng ancaman apa pun.

"Saya ingin menekankan bahwa kebijakan yang saya kejar jelas: kami tidak akan mengizinkan Iran mempersenjatai diri dengan senjata nuklir. Saya mengatakan ini kepada musuh dan teman-teman, ini adalah misi utama kami, untuk melestarikan kehidupan negara kami," kata Netanyahu dalam kunjungan ke pusat vaksinasi di Israel tengah.

Kohavi membuat pernyataannya selama pidato yang disiarkan langsung di konferensi tahunan lembaga think tank Institute for National Security Studies, yang diadakan tahun ini sepenuhnya secara online karena pandemi virus corona.

"Iran dapat memutuskan bahwa ia ingin membuat bom, baik secara diam-diam atau dengan cara yang provokatif. Berdasarkan analisis dasar ini, saya telah memerintahkan IDF untuk menyiapkan sejumlah rencana operasional, selain yang sudah ada. Kami sedang mempelajari rencana ini dan akan mengembangkannya tahun depan," kata Kohavi.

 


Konflik Iran dan Israel

Presiden Iran Hassan Rouhani sedang meninjau program pengembangan nuklir negaranya (AFP Photo)

Donald Trump pada 2018 menarik AS keluar dari kesepakatan Iran yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama, dan menerapkan sanksi keras yang telah merusak ekonomi Iran.

Pihak lain dalam kesepakatan itu telah bekerja untuk mempertahankannya, tetapi Iran telah menanggapi dengan terus-menerus membatalkan komitmennya sendiri terhadap pakta tersebut, yang dimaksudkan untuk mencegahnya mengembangkan senjata nuklir.

Ketegangan di sekitar Iran terus meningkat. Selama hari-hari terakhir Trump sebagai presiden, Teheran menyita sebuah kapal tanker minyak Korea Selatan dan mulai memperkaya uranium lebih untuk program senjata, demikian dikutip dari laman Daily Sabah.

Sementara AS telah mengirim B-52, kapal induk USS Nimitz, dan kapal selam nuklir ke wilayah tersebut.

Iran juga telah meningkatkan latihan militernya, termasuk menembakkan rudal jelajah sebagai bagian dari latihan angkatan laut di Teluk Oman bulan ini.

Iran memiliki kemampuan rudal hingga 2.000 kilometer (1.250 mil), cukup jauh untuk mencapai Israel dan pangkalan militer AS di wilayah tersebut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya