Liputan6.com, Jakarta - Industri minyak dan gas bumi (migas) di wilayah Maluku harus membawa dampak positif pada ekonomi wilayah tersebut. Saat ini proyek migas yang sedang dibangun adalah Lapangan Abadi Blok Masela.
Direktur PT Maluku Energi Abadi, Musalam Latuconsina mengatakan, Pemerintah Daerah Maluku dan Maluku Utara memastikan, proyek minyak dan gas (Migas) di wilayah Maluku dan Maluku Utara, seperti Blok Migas Masela hingga Lapangan Bula di Pulau Seram, akan dimasukkan dalam Rencana Umum Energi Daerah (RUED).
Advertisement
Dengan masuknya dua industri migas tersebut dalam RUED, akan membawa manfaat bagi pengembangan ekonomi wilayah tersebut dan penyerapan tenaga kerja lokal.
“Hal itu dilakukan agar masyarakat sekitar bisa memetik manfaat dari keberadaan tambang-teambang tersebut, termasuk juga dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM) wilayah tersebut,” kata Musalam, di Jakarta, Kamis (28/1/2021).
Menurut Musalam, pihaknya selaku perusahaan energi daerah telah intensif melakukan koordinasi dengan Dinas Pertambangan Provinsi Maluku, untuk memasukkan potensi-potensi yang ada di wilayah Maluku dan Maluku Utara ke dalam RUED tersebut.
“Saat ini mereka (Dinas Pertambangan Maluku) sedang persiapkan. Dan saya sudah titip bahwa utilisasi dari hasil minyak dan gas di Masela maupun di Bula nanti harus dimasukkan dalam RUED Provinsi Maluku, karena itu sedang dikaji," ujarnya.
Sementara itu, terkait penyerapan tenaga kerja, hal itu juga menjadi salah satu prioritas yang sedang disiapkan. Agar tenaga kerja lokal memiliki keterampilan siap bekerja pada industri migas.
“Kita harapkan anal-anak Maluku yang backgroundnya perminyakan atau Geologist dapat berkiprah secara nasional di Indonesia maupun di luar Indonesia,” tutupnya.
Dia pun berharap, sinergi Maluku Energi Abadi dengan Dinas Pertambangan Maluku tetap terjalin. "Sehingga saat RUED selesai, kami cek benar-benar bahwa hasil gas dari Masela maupun minyak dari Bula nanti bisa masuk ke dalam RUED Provinsi Maluku,” ungkap Musalam.
Kesejahteraan masyarakat disekitar proyek migas di Maluku harus diprioritaskan, agar tidak terjadi lagi seperti pengembangan Lapangan minyak Bula di pulau Seram Maluku. Sekitar hampir dua abad minyak bumi diangkat dari Bula, tetapi tidak memperlihatkan kesejahteraan yang hadir sesuai dengan kekayaan alamnya.
Menurut Direktur Archipelago Solidarity Foundation, Engelina Pattiasina, keberadaan minyak di Bula diketahui pada tahun 1897 atau selisih sekitar 11 tahun dengan penemuan minyak di Pangkalan Brandan, Sumatera Timur.
Penemuan lapangan Bula Lemun pada 1925 menjadikan Bula sebagai sumber minyak mentah bagi pemerintahan kolonial. Minyak mentah diangkut dari Bula dibawa ke daerah yang memiliki kilang atau dikirim ke berbagai negara. Sebab, The Royal Dutch-Shell telah berubah menjadi perusahaan raksasa dunia.
"Di sisi lain, orang Seram dan Maluku bukan penikmat tapi justru menjadi korban, paling tinggi sebagai kuli di perusahaan kolonial. Di masa Hindia Belanda, sumber minyak hanya berasal dari Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Seram," katanya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Inpex dan PGN Mulai Membahas Jual Beli Gas Blok Masela
Inpex Masela Ltd. dan PT PGN Tbk memulai pembahasan jual beli gas dari Blok Masela. Hal ini menandai gas yang dihasilkan dari proyek tersebut diperioritaskan untuk dalam negeri.
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis, PGN, Syahrial Mukhtar mengatakan, PGN dan Inpex telah menandatanganinota kesepahaman (mutual of understanding/MoU) yang menjadi tanda dimulainya pembahasan atas penjualan dan pembelian, untuk memasok gas bumi ke PGN dari Proyek LNG Abadi, Wilayah Kerja Blok Masela.
“Penandatangan ini akan menjadi milestone penting untuk kedua belah pihak,” kata Syahrial, dalam Forum Komersialisasi IOG 2020 di Jakarta, Kamis (3/12/2020).
Kepala Dwi Soetjipto mengungkapkan, MoU ini menjadi tonggak penting dalam pengembangan proyek Abadi Masela, yang merupakan salah satu proyek gas terbesar dalam waktu dekat. Di sisi lain, Penyerapan gas oleh PGN menunjukkan komitmen Pemerintah dan industri hulu migas untuk memprioritaskan permintaan gas dalam negeri.
“Hal ini merupakan upaya bersama untuk meningkatkan daya saing industri nasional untuk membangun perekonomian Indonesia yang berkelanjutan,” katanya.
Pengembangan Proyek LNG Abadi di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku, yang memiliki cadangan terbukti mencapai 18,5 trilliun kaki kubik (TCF) dan 225 juta barel kondensat, akan menjadi salah satu pilar penting sebagai mesin pertumbuhan yang mampu menopang kebutuhan industri di Indonesia secara berkelanjutan.
Dengan proyeksi produksi gas alam cair (LNG) seebsar 9,5 juta ton per tahun (MTPA) dan gas bumi sebesar 150 juta kaki kubik per hari (MMCFD), Proyek Blok Masela termasuk ke dalam proyek Strategis Nasional yang ditargetkan mulai berproduksi pada tahun 2027. Menurut Dwi, komersialisasi menjadi salah satu pilar strategis dalam mendukung pencapaian visi jangka panjang SKK Migas dengan produksi gas bumi sebesar 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) pada tahun 2030.
“Kami mengharapkan kerja sama yang baik dapat terus dijaga dan ditingkatkan untuk memastikan seluruh produksi gas bumi dapat dimonetisasi,” ucapnya.
Sebelumnya, pada Februari 2020 lalu, Inpex telah menandatangani MoU dengan PT PLN dan PT Pupuk Indonesia untuk mensuplai kebutuhan gas ke pembangkit listrik tenaga gas yang dioperasikan oleh PLN dan kilang co-production yang akan dibangun PT Pupuk Indonesia.
Advertisement