Anjlok 2 Persen, IHSG Berpotensi Menuju 5.800?

Pada pukul 14.51 WIB, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 2,23 persen ke posisi 5.973.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 28 Jan 2021, 15:06 WIB
Suasana kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/11). Dari 538 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, 181 saham menguat, 39 saham melemah, 63 saham stagnan, dan sisanya belum diperdagangkan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) betah di zona merah hingga perdagangan saham Kamis siang, (28/1/2021).

IHSG pada pembukaan perdagangan sesi kedua dibuka anjlok 2,01 persen ke level 5.986, meninggalkan level psikologis 6.000. Pada pukul 14.51 WIB, IHSG turun 2,23 persen ke posisi 5.973. Indeks saham LQ45 melemah 2,5 persen ke posisi 939,08. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.

436 saham merah sehingga menekan IHSG. 74 saham menguat dan 107 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.280.126 kali dengan volume perdagangan 16,2 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 15,5 triliun. Investor asing jual saham Rp 22,22 miliar. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah 14.068.

10 sektor saham kompak tertekan. Sektor saham tambang melemah 4,36 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham infrastruktur 3,72 persen dan sektor saham konstruksi melemah 3,24 persen.

Kepala Riset PT Samuel Sekuritas Indonesia, Suria Dharma mengatakan, pada perdagangan hari ini, pasar saham dalam negeri terseret penurunan yang terjadi di regional Asia.

"Pelemahan IHSG ini dinilai karena sentimen global,” kata saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (28/1/2021).

Bersama dengan IHSG, keempat indeks saham Asia terpantau amblas. Indeks Nikkei turun 1,71 persen, Hang Seng turun 1,97 persen, Shanghai turun 1,48 persen, dan Strait Times turun 1,16 persen.  “Kalau level 6.000 tidak bisa bertahan, maka masih bisa turun ke 5.800,” ia menambahkan.

Dihubungi secara terpisah, Head of Equity Ekuator Swarna Sekuritas, David Setyanto menyebutkan IHSG saat ini sudah menembus level support.

"Soalnya ini tembus support. Beberapa bursa di dunia juga sedang dalam fase koreksi. Menurut saya kita lihat sampai support berapa ini bisa bertahan,” kata dia.

Wall Street juga terpantau berada di di zona merah dengan koreksi lebih dari 2 persen. Hal ini tentu saja bisa menjadi sentimen negatif tersendiri bagi Bursa Asia. 

 

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Wall Street Anjlok pada 27 Januari 2021

Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah tajam pada perdagangan Rabu waktu setempat seiring laba perusahaan yang mengecewakan. Selain itu, pelaku pasar juga khawatir terhadap meningkatnya aktivitas perdagangan spekulatif yang semakin dalam.

Pada penutupan wall street, Rabu, 27 Januari 2021, indeks saham Dow Jones melemah 633,87 poin atau 2,1 persen menjadi 30.303,17. Penurunan indeks saham Dow Jones ini terburuk sejak 28 Oktober. Indeks saham S&P 500 merosot 2,6 persen menjadi 3.750,77, tergelincir dari rekor tertinggi dan alami penurunan terbesar dalam tiga bulan.

Penurunan tajam pada Rabu waktu setempat menghapus keuntungan pada 2021 untuk indeks saham S&P 500. Sementara itu, indeks saham Nasdaq merosot 2,6 persen menjadi 13.270,60.

Saham Boeing turun empat persen setelah melaporkan rugi bersih pada 2020 mencapai rekor USD 11,9 miliar di tengah larangan terbang 737 MAX dan pandemi COVID-19. 

Saham AMD anjlok lebih dari enam perseroan setelah produsen chip itu membukukan pendapatan dan laba yang mengalahkan harapan pasar. Saham Microsoft naik 0,3 persen setelah melaporkan penjualan tumbuh 17 persen secara kuartalan dengan didukung bisnis cloud.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya