BNI Matangkan Ekpansi Anak Usaha di Singapura pada 2021

BNI fokus untuk memperkuat fundamental perusahaan.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 29 Jan 2021, 18:55 WIB
Suasana salah satu kantor cabang digital Bank BNI di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Meningkatnya nilai transaksi ekonomi digital Indonesia praktis membuat industri perbankan bersiap diri untuk menggenjot pengembangan sistem digital ke depan. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) lakukan sejumlah penyesuaian rencana bisnis untuk genjot laba pada 2021. Salah satunya melalui transformasi BNI yang resmi dimulai pada 27 Januari 2021.

Langkah-langkah transformasi yang disiapkan BNI akan memastikan perseroan tetap mampu tumbuh secara berkelanjutan. Manajemen telah menetapkan strategi untuk menjadikan BNI sebagai lembaga keuangan yang unggul dalam layanan dan kinerja secara berkelanjutan.

"Kami masih fokus untuk memperkuat fundamental perusahaan antara lain penajaman strategi melalui program yang sekarang yang baru kita kickoff di bulan ini, yaitu transformasi bisnis yang baru untuk memastikan perseroan tetap mampu tumbuh sehat secara berkelanjutan,” ujar Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar dalam paparan publik kinerja BNI Tahun 2020, Jumat (28/1/2021).

Royke menambahkan, transformasi bisnis yang baru ini sekaligus menyempurnakan rencana jangka panjang BNI. Pada 2021, BNI akan memprioritaskan untuk optimalisasi kontribusi anak perusahaan sebagai kebijakan strategis.

"Saat ini kami sedang mematangkan beberapa rencana terkait perusahaan anak. Antara lain kita dalam proses untuk kantor BNI sekuritas di Singapura,” kata Royke.

Sebagai informasi, program transformasi BNI berbasiskan value BNI RACE. Yaitu Risk Culture, Agile, Collaboration, dan Execution Oriented.  Dengan nilai - nilai BNI RACE yang diimplementasikan sehari-hari tersebut BNI pun dapat bersaing dengan kompetitor, mempersiapkan diri untuk melaju lebih kencang dan memimpin persaingan.

 

 

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


BNI Kantongi Laba Bersih Rp 3,3 Triliun pada 2020

Nasabah beraktivitas di salah satu kantor cabang digital Bank BNI di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Hasil studi dari Google, Temasec, dan Bain and Company tahun 2020, menunjukkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan nilai transaksi ekonomi digital tertinggi di kawasan ASEAN. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencatat perolehan laba bersih Rp 3,3 triliun di tengah masa pandemi Covid-19 pada 2020 lalu. Jumlah ini turun 78,54 persen dari capaian di 2019 yang sebesar Rp 15,38 triliun.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, pihaknya yang turut terkena imbas wabah virus corona telah memacu diri agar bisa lebih baik dan melakukan lompatan bisnis pada 2021.

"Perseroan mendapatkan hasil yang luar biasa. Pemulihan terwujud. Itu bisa dilihat dari laporan pertumbuhan laba sebelum provisi dan pajak (PPOP) sebesar Rp 27,8 triliun pada akhir 2020. Jumlah itu mendekati posisi sebelum covid, mendekati PPOP di 2019," jelasnya secara virtual, Jumat, 29 Januari 2021.

Sementara Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini melaporkan, pencapaian PPOP ini turut didukung dari realisasi pendapatan non-bunga (fee based income) sebesar Rp 11,9 triliun, atau tumbuh 4,5 persen secara tahunan (year on year/YoY) dari 2019. Kemudian juga adanya efisiensi biaya operasional yang hanya tumbuh 2,2 persen (YoY).

"Kedua hal ini menjadi sasaran utama perusahaan selama masa pandemi untuk meredam tekanan pendapatan bunga yang turun 4,0 persen year on year dalam rangka pemberian stimulus restrukturisasi kredit kepada para debitur yang terdampak oleh pandemi," tuturnya.

Menurut dia, bekal PPOP Rp 11,9 triliun juga turut menambah ruang bagi BNI untuk memupuk pencadangan yang memadai dalam menghadapi tantangan perekonomian di masa mendatang, dan juga memberikan kekuatan untuk meminimalisir volatilitas keuntungan perseroan.

"Pada tahun 2020, BNI mencatatkan laba bersih sebesar Rp 3,3 triliun disertai dengan rasio kecukupan pencadangan atau coverage ratio berada pada level 182,4 persen, lebih besar dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 133,5 persen," ujar dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya