Fasilitas Parkir Bawah Tanah di Masjid Raya Baiturrahman dan 5 Fakta Lain tentang Banda Aceh

Walau identik dengan nuansa Islam, ada suasana multikultur yang ternyata disuguhkan kota Banda Aceh.

oleh Liputan6.comAsnida Riani diperbarui 31 Jan 2021, 07:00 WIB
Masjid Raya Baiturrahman Aceh (Liputan6.com/Rino Abonita)

Liputan6.com, Jakarta - Banda Aceh merupakan rumah bagi beragam etnis masyarakat asli Aceh maupun yang berasal dari luar kota. Multikuturalisme ini nyatanya sudah berlangsung sejak berabad silam. Sebagaimana etnis lain, warga Banda Aceh membentuk kultur dengan keunikan tersendiri.

Keragaman budaya ini pun akhirnya menemani kehidupan generasi demi generasi di sini. Kendati namanya sudah tak lagi jadi bunyi asing, beberapa fakta tentang ibu kota Provinsi Aceh ini boleh jadi belum Anda ketahui.

Cakupannya mulai dari sejarah, sampai bangunan-bangunan historis, semua menghiasi sendi kehidupan Banda Aceh. Berikut beberapa faktanya seperti dirangkum dari berbagai sumber, Sabtu, 30 Januari 2021.

1. Sejarah di Balik Kemegahannya

Pertumbuhan kota ini tak lepas dari pengaruh sejarah Kerajaan Aceh Darussalam. Aceh dulunya merupakan sebuah negeri tersendiri dengan ibu kotanya Bandar Aceh Darussalam, kini jadi Banda Aceh. Posisinya sangat strategis, yakni di antara Selat Malaka dan Samudra Hindia.

Sultan Ali Mughayat Syah merupakan sultan pertama Kerajaan Aceh Darussalam, dan memerintah selama 10 tahun. Kendati masa pemerintahannya relatif singkat, ia berhasil membangun Banda Aceh sebagai pusat peradaban Islam di Asia Tenggara.

Pada masa pemerintahannya, Banda Aceh berevolusi jadi salah satu kota pusat pertahanan. Aceh ikut mengamankan jalur perdagangan maritim dan lalu-lintas jemaah haji dari perompakan yang dilakukan armada Portugis.

Adapun Banda Aceh sebagai ibu kota Kesultanan Aceh Darussalam dibangun oleh Sultan Johan Syah pada 1 Ramadhan 601 hijriah atau 22 April 1205 dalam tahun masehi.

Bandar Aceh Darussalam kemudian jadi kota regional utama, terkenal sebagai pusat pendidikan Islam dan poros perdagangan.

Karena itu, kota ini dikunjungi banyak pelajar dan pedagang, mulai dari Arab, Tiongkok, Eropa, hingga India. Sebagian pendatang akhirnya menetap di Aceh dan menikah dengan wanita lokal, sehingga menciptakan akulturasi budaya.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


2. Rumah Masjid Bersejarah

Fasad Masjid Raya Baiturrahman (Liputan6.com/Rino Abonita)

Berbicara Banda Aceh, sepenggal identitasnya "berbaring" di Masjid Raya Baiturrahman. Tempat ibadah kebanggaan warga Aceh ini awalnya bernama Masjid Raya, dan dibangun Sultan Iskandar Muda pada 1022 hijriah atau 1612 masehi.

Dilihat dari sisi sejarah, Masjid Raya Baiturrahman punya value tak ternilai bagi rakyat Aceh, karena sejak Sultan Iskandar Muda sampai sekarang masih berdiri megah di tengah jantung kota Banda Aceh.

Dari banyak faktanya, Anda mungkin belum tahu bahwa Masjid Raya Baiturrahman punya fasilitas parkir bawah tanah yang tak kalah rapi dan modern dari yang ada di mal maupun hotel bintang lima. Space ini bahkan mampu menampung puluhan mobil.


3. Bukti Multikultur

Toko barber di bilangan Peunayong, Kota Madya Banda Aceh (Liputan6.com/Rino Abonita)

Walau kentara akan nuansa Islami, suasana berbeda akan Anda jumpai di kawasan Peunayong. Pasalnya, area ini merupakan wilayah pecinan yang mayoritas dihuni warga keturunan Tionghoa.

Mengunjungi Gampong Peunayong akan memberi gambaran bagaimana minoritas hidup di kota Banda Aceh. Kawasan ini terletak di Kecamatan Baiturrahman atau sekitar empat menit berkendara dari Masjid Raya Baiturrahman. 

Di sini, Anda akan menemukan gereja, vihara, kuil, dan masjid yang dibangun dengan jarak tak berjauhan. Identitas Peunayong sebagai pecinan akan semakin jelas kala mendekati perayaan Imlek.

Atraksi budaya juga sering dipadukan dengan kesenian lokal. Misalnya, tarian barongsai berpadu tarian seudati. Juga, ketika perayaan Thaipusam umat Hindu Tamil, barongsai ikut meramaikan arakan Dewa Muruga.


4. Kopi Khas Banda Aceh

Ilustrasi kopi. Sumber: Freepik

Aceh adalah salah satu daerah penghasil kopi terbaik dunia lewat varietas arabika yang tumbuh subur di wilayah dataran tinggi, khususnya di Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Gayo Lues, dan Kabupaten Bener Meriah.

Namun, di kota Banda Aceh, lahir satu variasi kopi hasil kolaborasi jenis arabika dan cairan nira, namanya nirapresso. Minuman ini memiliki rasa sedikit manis dan asam yang ketika diseruput akan memberi rasa dan tone unik.

Nirapresso diseduh dalam keadaan dingin, dan akan membentuk dua gradasi warna saat disajikan. Warna hitam di atas dan warna putih dari cairan nira di bagian bawah.


5. Simbol Kebangkitan

Pengunjung melihat pameran yang memperlihatkan gambar-gambar bantuan kemanusiaan di Museum Tsunami Aceh di Banda Aceh (19/10/2019). Gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004 menewaskan lebih dari 170.000 orang di provinsi Aceh. (AFP Photo/Chaideer Mahyuddin)

Sejarah Aceh tak semata soal kejayaan masa silam. Wilayah ini pernah diluluh-lantakkan tsunami pada 2004 silam. Namun, kelam masa silam ini kini justru dijadikan titik balik semangat bagi warga Aceh, dan direpresentasi lewat berdirinya Museum Tsunami di Banda Aceh.

Museum ini telah menjelma jadi salah satu ikon Banda Aceh dan sudah dikenal tak hanya orang dalam negeri, namun juga mancanegara. Isinya tak semata bukti-bukti peninggalan peristiwa tsunami, tapi pengunjung seolah dibawa merasakan peristiwa tersebut, dan merasakan gelora kebangkitan masyarakat Aceh.


6. Simbol Cinta ala Taj Mahal

Taman Sari Gunongan, Banda Aceh, Aceh. (dok. Instagram @just.nly/https://www.instagram.com/p/B4rSnsnlG92/)

Jika India punya Taj Mahal sebagai bangunan simbol cinta, di Banda Aceh ada Taman Sari Gunongan. Terletak di dalam kompleks Taman Sari Bustanussalatin Banda Aceh, objek wisata ini dikenal lewat bangunan yang dinamakan Penterana Batu.

Penterana Batu merupakan kursi berbentuk kelopak bunga yang mekar. Selain itu, taman ini juga dilengkapi Kandang Baginda yang merupakan lokasi pemakaman keluarga Sultan Kerajaan Aceh. Terdapat pula Pinto Khob yang merupakan pintu penghubung antara Taman Sari Gunongan dan Istana. (Melia Setiawati)


Daripada Jemput Virus Corona, Mendingan Liburan di Rumah

Infografis Daripada Jemput Virus Corona, Mendingan Liburan di Rumah Saja. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya