Liputan6.com, Jakarta - WhatsApp menjadi topik pembicaraan sejak mengumumkan kebijakan privasi baru.
Meskipun perusahaan telah menunda peluncuran persyaratan layanan dan kebijakan privasi baru ini, keraguan dan kebingungan muncul di antara para pengguna WhatsApp.
Menurut laporan Cybermedia Research (CMR) di Gurgaon, India, 29 persen pengguna di sana mengaku berencana untuk meninggalkan WhatsApp gara-gara kebijakan privasi ini.
Baca Juga
Advertisement
Namun, 79 persen pengguna juga menyebut masih mempertimbangkan untuk tetap memakai WhatsApp terlepas dari penerapan kebijakan privasi ini.
Studi tersebut juga mengungkapkan bahwa 49 persen pengguna merasa marah, 45 persen pengguna tidak mau mempercayai WhatsApp lagi, dan 35 persen lainnya merasa kepercayaan mereka telah dilanggar. Hanya 10 persen pengguna yang tidak memiliki pendapat tentang kebijakan privasi ini.
Pertimbangkan aplikasi alternatif
Mengomentari reaksi pengguna terhadap kebijakan WhatsApp, Satya Mohanty, Kepala Kelompok Konsultasi Industri (ICG), CMR, menyebut WhatsApp telah menjadi pilihan default orang-orang di dunia untuk berkomunikasi.
"Namun, seperti yang ditunjukkan oleh temuan penelitian kami, perdebatan saat ini melampaui konsumen yang berorientasi pada privasi, dengan beberapa bahkan mempertimbangkan untuk menghentikan penggunaan WhatsApp mereka," tutur Mohanty.
Selain itu, kata dia, para pengguna juga mempertimbangkan aplikasi alternatif, seperti Telegram atau Signal. "Preferensi konsumen didorong dari mulut ke mulut, serta oleh serangkaian fitur yang ditawarkan platform," ujar Mohanty.
Advertisement