Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dan perak reli menguat pada minggu kemarin. Emas naik 1 persen dan perak memlonjak lebih dari 5 persen.
Dikutip Liputan6.com, Senin (1/2/2021), Kitco Metals Global Trading Director Peter Hug mengatakan masih terlalu dini harga emas untuk terus menguat. Di sisi lain, dolar masih bergerak datar dan juga stimulus AS belum disetujui.
Advertisement
Secara teknikal, Hug memprediksi jika penguatan terus berlanjut pada minggu ini dengan ditutup di USD 1.872, maka membuka pintu penguatan selanjutnya ke angka USD 1.900. Ini bisa terjadi jika perak terus mengalami penguatan.
Gambaran Makro
Sejumlah analis mengatakan, secara keseluruhan harga emas tetap positif. Beberapa pendorong harga emas diantaranya seperti pencetakan uang, lebih banyak stimulus, Fed yang akomodatif, dan risiko inflasi.
"Di sisi geopolitik, Anda masih memiliki China. Anda juga mendapatkan administrasi baru yang mencetak uang. Ada kepercayaan yang berkurang pada mata uang fiat siapa pun. Inflasi komoditas juga sangat mungkin terjadi. Ini bullish untuk logam," kata Wakil Direktur Walsh Trading, Sean Lusk.
Pasar juga memiliki Federal Reserve yang sangat mendukung penguatan ekonomi dampak dari ketidakpastian seputar pandemi COVID-19, mengingat adanya virus jenis baru dan masalah vaksin.
Yang Harus Diperhatikan Minggu Ini
Di depan data minggu ini, rilis terbesar adalah angka ketenagakerjaan AS Januari pada hari Jumat.
"Semua mata akan tertuju pada laporan ketenagakerjaan Januari setelah Desember melihat penurunan 140.000 pekerjaan. Kami berharap untuk melihat angka positif yang sederhana mengingat awal yang baik untuk tahun ini berdasarkan data pengeluaran frekuensi tinggi, tetapi seharusnya ada yang lebih baik angka Februari sekarang setelah California stay at home order telah dibatalkan," kata ekonom ING.
Ada juga IMP manufaktur ISM pada hari Senin, ketenagakerjaan ADP dan PMI non-manufaktur ISM pada hari Rabu, serta pesanan pabrik dan klaim pengangguran pada hari Kamis.
Selain itu, pasar akan memperhatikan kemajuan stimulus minggu depan.
"Tampaknya semakin mungkin akan ada dilusi untuk mendapatkan dukungan yang cukup dan paket mungkin perlu dibagi menjadi dua dengan aspek yang lebih kontroversial ditunda dan dimasukkan ke dalam proses rekonsiliasi anggaran, yang hanya membutuhkan mayoritas sederhana untuk lolos," tambah ING. .
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Harga Emas Bangkit karena Pasar Saham Terpuruk
Harga emas dan perak naik pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta). Kenaikan ini terjadi di tengah keraguan akan pasokan vaksin Covid-19 di Eropa dan juga meruginya pasar saham global.
Namun penguatan dolar AS menahan kenaikan harga emas ke level yang lebih tinggi. Dengan begitu, emas masih membukukan kinerja terburuk di Januari dalam satu dekade.
Mengutip CNBC, Sabtu (30/1/2021), harga emas di pasar spot naik 0,6 persen menjadi USD 1.851,01 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup naik 0,5 persen menjadi USD 1.850,30 per ounce.
Kegilaan investor ritel di Wall Street pada minggu ini membebani gerak pasar saham. Ditambah lagi dengan perselisihan di Eropa atas pasokan vaksin COVID-19 juga mempengaruhi selera risiko dari investor emas.
“Kami melihat beberapa volatilitas di pasar ekuitas dan peluncuran vaksin lebih lambat dari yang diharapkan. Jadi emas bertahan cukup baik pada level ini, ”kata analis Bank of China International Xiao Fu.
Meskipun harga emas menguat di perdagangan Jumat. Namun jika dihitung secara bulanan harga emas turun 2,5 persen sepanjang Januari 2020. Ini akan menjadi level terburuk pada periode Januari sejak 2011.
Penurunan harga emas pada Januari ini lebih disebabkan oleh oleh dolar AS yang kuat di tengah kenaikan imbal hasil Treasury AS.
Sedangkan harga perak melonjak 2,5 persen ke level USD 27,04 per ons, memperpanjang keuntungan dari lonjakan sebanyak 7 persen pada perdagangan Kamis setelah beberapa pelaku pasar pindah untuk menutupi posisi short sell di tengah rumor tentang tekanan pada saham GameStop yang didorong oleh investor ritel.
Advertisement