Liputan6.com, Yerusalem - Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz, pada Minggu, 31 Januari 2021, mengumumkan bahwa Israel telah setuju untuk memberikan 5.000 dosis vaksin Corona ke Palestina.
Dilansir dari laman Channel News Asia pada Selasa, 2 Februari 2021, rencananya vaksin Corona tersebut akan diberikan ke tenaga kesehatan Palestina, yang telah menjadi garda terdepan penanganan COVID-19 di sana.
Advertisement
Ini merupakan pertama kalinya Israel mengonfirmasi pemberian vaksin ke Palestina, yang telah tertinggal jauh dalam program vaksinasi COVID-19. Palestina sampai saat ini belum menerima satu pun dosin vaksin Corona.
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah menyuarakan keprihatinannya terkait perbedaan besar antara Israel dan Palestina dalam vaksinasi COVID-19.
Sementara para ahli di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mengatakan, Israel seharusnya bertanggung jawab atas kesejahteraan warga Palestina di beberapa daerah, termasuk di wilayah Tepi Barat dan jalur Gaza.
Namun, Israel membantah hal tersebut, dan mengatakan di bawah perjanjian perdamaian yang dicapai pada tahun 1990-an, pihaknya tidak bertanggung jawab atas Palestina dan dalam kasus apa pun belum menerima permintaan bantuan.
Kantor Menteri Pertahanan Israel telah mengonfirmasi pemberian vaksin COVID-19 ini, tapi tidak ada rincian lebih lanjut tentang kapan itu akan dilaksanakan. Pejabat Palestina juga belum memberikan komentarnya atas kabar ini.
Simak Video Berikut Ini
Vaksinasi di Israel
Israel sendiri telah menyepakati pengadaan vaksin Corona dengan perusahaan produsen vaksin Pfizer dan Moderna.
Kementerian Kesehatan Israel, mengatakan, hampir sepertiga dari 9,3 juta warga Israel telah menerima dosis pertama vaksin, sementara sekitar 1,7 juta orang telah menerima kedua dosis tersebut.
Vaksinasi di Israel juga mencakup ke warga Arab-Israel dan warga Palestina yang tinggal di Yerusalem timur.
Namun, untuk warga Palestina yang tinggal di Tepi Barat di bawah pemerintahan otonomi Otoritas Palestina, dan mereka yang tinggal di bawah pemerintahan Hamas di Gaza tidak termasuk.
Otoritas Palestina telah mencoba memeroleh vaksin melalui program WHO yang dikenal sebagai COVAX.
Tetapi, program yang bertujuan untuk memberikan vaksin ke negara-negara berpenghasilan rendah tersebut, dianggap terlalu lambat.
Sengketa Israel dan Palestina tersebut, mencerminkan ketidaksetaraan global dalam akses ke vaksin, karena negara-negara kaya terus 'menyedot' sebagian besar dosis vaksin dari produsen.
Sehingga, membuat negara-negara yang lebih miskin semakin tertinggal dalam penanganan COVID-19 di negaranya, dan semakin terpuruknya ekonomi mereka.
Sebelumnya, Pemerintah Israel menolak saran WHO untuk membantu memberikan vaksin COVID-19 ke para tenaga medis Palestina, dengan alasan persediaan mereka terbatas.
Pemerintah Palestina juga sudah mengajukan permintaan resmi kepada Israel untuk membantu memberikan 10 ribu dosis vaksin bagi tenaga medis.
Permohonan itu disampaikan, karena vaksin bantuan dari program COVAX yang dikelola WHO, dan yang Palestina beli dari sejumlah perusahaan farmasi, belum kunjung tiba.
Penulis: Rizki Febianto
Advertisement