Berikut 6 Hoaks Covid-19 Terbaru, Ada yang Telah Dipercaya?

Berikut daftar informasi hoaks terkait Covid-19

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 01 Feb 2021, 06:55 WIB
Ilustrasi Hoaks. (Freepik)

Liputan6.com, Jakarta Pandemi virus coroan baru (Covid-19) masih berlangsung, di tengah kekhawatiran penularan Covid-19, bermunculan informasi hoaks yang menyesatkan penerimanya.

Informasi hoaks seputar Covid-19 ini akan merugikan, jika kita menerimanya dan langsung percaya tanpa melakukan verifikasi terlebih dahulu. 

Dalam satu pekan ini, Cek Fakta Liputan6.com telah menelusuri sejumlah informasi hoaks terkait Covid-19.

 Berikut daftar informasi hoaks terkait Covid-19:

 

1. Hirup Jeruk Bakar Terbukti Kembalikan Indra Perasa yang Hilang Akibat Covid-19

Di aplikasi TikTok sedang viral klaim yang menyebut menghirup jeruk bakar dicampur gula merah bisa membantu pasien covid-19 mengembalikan indra perasa dan penciuman.

Seorang pengguna TikTok menyebutnya sebagai 'obat Jamaika' untuk covid-19 . Jeruk yang berada dalam video itu dibakar terlebih dahulu sebelum dicampurkan dengan gula merah.

Kemudian, daging jeruk itu dihirup dan dimakannya. Orang yang berada di dalam video pun berkata:

"Saya menunggu dua minggu untuk ini."

Lalu, benarkah jeruk bakar yang dicampur gula merah bisa membantu pasien covid-19 mengembalikan indra perasa dan penciumannya?

 

Kesimpulan

Klaim jeruk bakar bisa mengembalikan indra perasa dan penciuman pasien covid-19 merupakan informasi yang tidak benar. Hingga saat ini, tidak ada penelitian yang bisa membuktikan efek dari makan jeruk bakar.

 

2. Pesan Berantai Mengatasnamakan Satgas Covid-19

Beredar di aplikasi percakapan Whatsapp pesan berantai mengatasnamakan Satgas Covid-19. Pesan berantai tersebut ramai dibagikan sejak pekan ini.

Dalam pesan berantai tersebut menyebutkan beberapa imbauan dan nomor telepon yang bisa dihubungi untuk pasien covid-19. Berikut isi pesan lengkapnya:

"Mengingat semakin banyaknya penularan COVID-19, kami berharap kita semua bisa melaksanakan prosedur kesehatan dengan baik: Memakai masker; Menjaga jarak, Mencuci tangan (3M).

Jika ada rekan-rekan atau anggota keluarga yang terkena COVID, maka segeralah menghubungi Satuan Tugas (SATGAS) COVID. Mereka nanti yang akan bergerak cepat mencarikan RS bagi Anda, karena mereka memiliki informasi terbaru mengenai tempat isolasi/RS yang kosong, dan semua pengobatan GRATIS karena ditanggung kemenkes RI.

Nomor SATGAS COVID Jakarta adalah 119 atau 081-112-112-119 atau 081-388-376-955. Untuk nomor SATGAS COVID di daerah silahkan mencari di google atau kontak Puskesmas terdekat di tempat masing-masing.

Jika Anda harus ke RS, harap perhatikan hal berikut ini:

- Jangan menggunakan asuransi pribadi, karena biaya RS untuk perawatan COVID sangat tinggi, sehingga kemungkinan besar pihak asuransi tidak bisa menanggung 100% biayanya.

- Memberitahukan secara jelas dan pasti kepada pihak RS bahwa biaya penanganan pengobatan agar dilakukan lewat jalur Dana Jaminan Covid/Dana Depkes yang GRATIS.

- Seluruh biaya pengobatan/perawatan COVID tidak ditanggung oleh BPJS melainkan ditanggung seluruhnya oleh pemerintah, sehingga setiap WNI berhak mendapat bantuan ini walaupun tidak mempunyai BPJS

Bagi pasien OTG atau positip bergejala ringan, bisa melapor ke Puskesmas terdekat dan umumnya pasien diminta untuk melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah atau di tempat yang telah disediakan oleh pemerintah.

Pihak Puskesmas akan memberikan obat serta vitamin yang dibutuhkan dan memantau selama isoman. Setelah 14 hari pasien akan diminta untuk PCR kembali. Bila masih positip dan bergejala ringan, maka tetap diminta isoman dan diberikan lagi obat serta vitamin2. Bagi pasien positip dan bergejala sedang/berat maka Puskesmas akan merujuk pasien ke RS untuk dirawat inap.

Bagaimana jika Anda mengalami kesulitan untuk melakukan PCR karena harganya yang mahal? Pihak Puskesmas tidak akan langsung melakukan PCR test jika gejala pasien belum jelas. Secara mandiri, kita bisa melihat indikasi gejalanya seperti: batuk, sakit tenggorokan, mual, pegal-pegal, diare, dan hilang rasa/penciuman. Bila indikasi cukup kuat maka langsung isoman. Jika mengalami demam atau sesak nafas, segeralah menghubungi SATGAS COVID.

Salah satu gejala yang paling sering muncul: kehilangan penciuman, bahkan bau yg sangat tajam saja, tidak bisa bedakan. Bagi Anda yang mempunyai penyakit bawaan (diabetes, jantung, darah tinggi, dll.) harap melakukan prosedur kesehatan 3 M dengan sangat ketat.

Berikut ini 2 situs resmi:

https://covid19.go.id/

https://covid19.go.id/p/konten/kontak-layanan-kementerianlembaga-untuk-covid-19"

Lalu benarkah isi pesan berantai tersebut dari Satgas Covid-19?

 

Kesimpulan

Pesan berantai yang mengatasnamakan Satgas Covid-19 adalah hoaks.

Pesan berantai tersebut bukan pernyataan atau informasi resmi dari Satgas Penanganan Covid-19.

 

3. Vaksin Berisi Robot Nano dan Chip RFID 

Pengguna Facebook atas nama James Bowie membagikan klaim yang menyebut di dalam vaksin terdapat robot nano dan chip RFID. Dia juga mengklaim kalau vaksin bisa mempunyai efek samping yang sangat parah.

Begini klaim James Bowie soal vaksin terdapat robot nano dan chip RFID:

"Efek samping vaksin ada yg jangka pendek. dan ada juga yg jangka panjang terjadi nya Yg jangka pendek: LUMPUH DAN MENINGGAL

Yang jangka panjang : WABAH PENYAKIT JENIS BARU

(Tunggu saat robot nano di dalam vaksin di gabungin dengan CHIP RFID buat alat segala transaksi yg di tanam dalam tubuh dan Jaringan hape 5G udah mulai digunakan dengan menyeluruh)"

Klaim itu mendapat banyak reaksi dari netizen, yakni 38 like dan 39 komentar hingga saat ini.

Lalu, benarkah vaksin terdapat robot nano dan chip RFID serta bisa menyebabkan wabah baru hingga meninggal dunia?

 

Kesimpulan

Klaim vaksin covid-19 terdapat robot nano dan chip RFID serta bisa menyebabkan wabah baru hingga meninggal dunia merupakan informasi yang hoaks.

Vaksin sangat aman digunakan untuk melawan covid-19. Vaksin juga tidak terdapat robot nano hingga chip RFID yang menyebabkan orang bisa lumpuh hingga meninggal dunia.

 

4. Vaksin Covid-19 Bukan Penyebab Kematian Legenda Bisbol AS

 Legenda bisbol Amerika Serikat, Hank Aaron meninggal dunia pada 22 Januari 2021. Dua minggu sebelum meninggal dunia, dia sempat disuntik vaksin covid-19 Moderna.

Sehari setelah kematiannya, netizen mengklaim kalau vaksin covid-19 menjadi penyebab utama Hank Aaron meninggal dunia di usia 86 tahun. Begini narasinya.

"Saudara kita Hank Aaron - RIP - ingin menjadi contoh dan inspirasi bagi Orang Kulit Hitam dengan disuntik vaksin covid-19. Sayangnya, ia menjadi contoh yang jelas bagi Orang Kulit Hitam mengapa vaksin ini TIDAK DAPAT dipercaya.

Pada tanggal 5 Januari, Aaron menerima yang pertama dari dua tembakan vaksin Moderna MRNA. Dua minggu setelah menerima suntikan Moderna pertamanya, Hank Aaron meninggal dalam tidurnya. Tidak ada sebab kematian diberikan, tetapi Anda melakukan menghitung ini."

Kicauan itu pertama kali ditemukan Cek Fakta Liputan6.com berada di akun Facebook Wesley Muhammad. Beberapa jam setelahnya, ada banyak netizen yang membagikan postingan serupa.

Lalu, benarkah Aaron Hank meninggal karena vaksin covid-19 moderna?

 

Kesimpulan

Klaim legenda bisbol, Aaron Hank meninggal dunia karena vaksin covid-19 merupakan informasi yang tidak benar. Kematian Aaron Hank terjadi karena faktor alami.

 

5. 10 Orang di Jerman Meninggal karena Vaksin Covid-19

pengguna Facebook atas nama Bro Jade mengunggah klaim 10 orang di Jerman meninggal dunia karena vaksin covid-19 Pfizer.

"Kasus kematian lainnya di Jerman setelah menerima vaksin covid-19 Pfizer," tulis Bro Jade.

Akun ini juga mengunggah sebuah tangkapan layar berupa artikel dengan judul: "10 Dead in Germany after Receiving Prizer COVID-19 Vaccine."

Judul artikel itu, bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi:

"10 Orang Meninggal di Jerman setelah Menerima Vaksin COVID-19 Prizer".

Lalu, benarkah ada 10 orang meninggal dunia karan vaksin covid-19 Pfizer di Jerman?

 

Kesimpulan

Klaim yang mengatakan 10 kematian di Jerman setelah disuntik vaksin covid-19 Pfizer tidak benar. Tidak ada bukti yang menybeut kematian di Jerman terkait vaksin.

 

6. Ramuan Covid-19 dari Kemenkes

Akun Facebook yang menggunakan nama Info Penyakit Dan Kesehatan mengunggah tiga foto surat edaran mencatut Kementerian Kesehatan ( Kemenkes ) Republik Indonesia. Dia pun mengklaim kalau itu merupakan ramuan covid-19 dari Kemenkes.

Begini narasi yang diunggah akun itu soal ramuan covid-19 :

"Ramuan covid Kemenkes"

Dalam surat edaran Kemenkes yang diunggah akun Info Penyakit Dan Kesehatan tertulis: "Pemanfaatan Obat Tradisional untuk Pemeliharaan Kesehatan, Pencegahan Penyakit, dan Perawatan Kesehatan".

Surat itu juga memaparkan beberapa bahan-bahan yang bisa dijadikan ramuan covid-19 seperti jahe merah, jeruk nipis, kayu manis, gula merah, kunyit, lengkuas, hingga gula merah.

Klaim ini juga beredar di WhatsApp Grup dengan nama dokumen: "Ramuan covid Kemenkes". Dokumen yang tersebar di WhatsApp juga memiliki tiga halaman.

Lalu, benarkah itu ramuan covid-19 yang berasal dari surat edaran Kemenkes RI? 

 

Kesimpulan

Klaim ramuan covid-19 dari Kemenkes merupakan informasi yang tidak benar karena sudah dimanipulasi. Faktanya, dalam surat edaran Kemenkes yang asli, ramuan itu merupakan contoh dari khasiat tanaman obat untuk meningkatkan daya tahan tubuh di masa darurat kesehatan.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Load More

Simak Video Berikut


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya