Rupiah Bergerak Melemah Jelang Pengumuman Inflasi

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) bergerak melemah pada perdagangan awal pekan ini.

oleh Andina Librianty diperbarui 01 Feb 2021, 10:57 WIB
Petugas menghitung uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Senin (9/11/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini Salah satu sentimen pendorong penguatan rupiah kali ini adalah kemenangan Joe Biden atas Donald Trump. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) bergerak melemah pada perdagangan awal pekan ini. Rupiah terkoreksi jelang pengumuman data inflasi Januari 2021.

Mengutip Bloomberg, Senin (1/2/2021), rupiah dibuka di angka 14.032 per dolar AS, melemah tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.030 per dolar AS. Menjelang siang, nilai tukar rupiah masih berada di level 14.032 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.025 per dolar AS hingga 14.040 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 0,12 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.042 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.084 per dolar AS.

Pada pukul 10.12 WIB, rupiah melemah 8 poin atau 0,05 persen ke posisi Rp14.038 per dolar AS dari posisi penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.030 per dolar AS.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin, mengatakan, pagi ini terlihat indeks saham Asia kembali menguat setelah mengalami kejatuhan dalam di pekan lalu.

Menurut Ariston, hal tersebut kemungkinan karena awal bulan para manajer aset mulai kembali mengkoleksi saham-saham.

"Minat terhadap aset berisiko ini mungkin bisa membantu penguatan nilai tukar emerging market terhadap dolar AS hari ini," ujar Ariston.

Tapi di sisi lain, lanjut Ariston, kasus positif COVID-19 yang terus meninggi, terutama di Indonesia, yang dikhawatirkan akan terjadi pembatasan aktivitas ekonomi yang lebih ketat, bisa mendorong pelemahan rupiah.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Prediksi Inflasi

Pedagang menata dagangannya di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (5/5/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada April 2020 sebesar 0,08% yang disebabkan permintaan barang dan jasa turun drastis akibat pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara mengenai data inflasi Indonesia, ekspektasi para analis menunjukkan kenaikan inflasi pada Januari tidak setinggi bulan sebelumnya. Ekspektasi inflasi Januari sebesar 1,5 persen (yoy) dibandingkan ekspektasi sebelumnya 1,68 persen dari data sebelumnya. Ekspektasi yang lebih rendah tersebut kemungkinan karena Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Meski demikian Ariston menilai pasar mungkin sudah mengantisipasi hal tersebut. Kecuali nilainya jauh lebih rendah dari ekspektasi atau jauh lebih tinggi dari ekspektasi, mungkin tidak berpengaruh ke rupiah.

"Inflasi yang jauh lebih rendah dari ekspektasi mungkin bisa menekan rupiah karena itu bisa menunjukkan turunnya aktivitas ekonomi Indonesia," kata Ariston.

Ariston memperkirakan rupiah pada hari ini akan bergerak di kisaran Rp14.000 per dolar AS hingga Rp14.100 per dolar AS.

Pada Jumat (29/1) lalu rupiah ditutup menguat 48 poin atau 0,34 persen ke posisi Rp14.030 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp14.078 per dolar AS.

 


Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya