Liputan6.com, Yangon - Militer Myanmar resmi melakukan kudeta dan menangkap menahan Kanselir Aung San Suu Kyi dan Presiden Myint pada Senin pagi (1/2/2021). Meski sudah pernah mendengar kata kudeta, mungkin masih banyak dari Anda belum memahami apa itu kudeta atau kudeta militer.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia di situs kbbi.kemdikbud.go.id, kudeta berarti perebutan kekuasaan (pemerintahan yang sah) dengan paksa.
Baca Juga
Advertisement
Sementara itu, menurut situs britannica, prasyarat utama kudeta adalah kendali atas semua atau sebagian angkatan bersenjata, polisi, dan elemen militer lainnya.
Tidak seperti revolusi, yang biasanya dicapai oleh sejumlah besar orang yang bekerja untuk perubahan sosial, ekonomi, dan politik yang mendasar, kudeta adalah pergantian kekuasaan dari atas yang hanya menghasilkan pergantian tiba-tiba pejabat pemerintah yang terkemuka.
Kudeta jarang mengubah kebijakan sosial dan ekonomi fundamental suatu negara, juga tidak secara signifikan mendistribusikan kembali kekuasaan di antara kelompok politik yang bersaing.
Di antara kudeta modern paling awal adalah kudeta di mana Napoleon menggulingkan Direktori pada tanggal 9 November 1799, dan di mana Louis Napoleon membubarkan majelis Republik Kedua Prancis pada tahun 1851.
Kudeta militer adalah kejadian biasa di berbagai negara Amerika Latin di Abad ke-19 dan ke-20 dan di Afrika setelah negara-negara di sana memperoleh kemerdekaan pada tahun 1960-an.
Simak video pilihan di bawah ini:
Reaksi Amerika Serikat
Kanselir Aung San Suu Kyi dan Presiden Myint ditangkap pada Senin pagi (1/2/2021). Kudeta militer terjadi di negara tersebut dan mereka berkata akan memerintah selama setahun.
AP News melaporkan, pengumuman itu dibuat oleh militer melalui TV militer Myawaddy. Ancaman kudeta di Myanmar kini telah menjadi nyata.
Spekulasi kudeta di Myanmar sudah dideteksi oleh diplomat-diplomat negara barat. Masalah muncul setelah militer menuduh ada kecurangan di pemilihan umum 2020 yang dimenangkan Suu Kyi.
Juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki, berkata pemerintah AS kaget dengan langkah militer Myanmar yang mencoba melemahkan demokrasi di negaranya.
"Amerika Serikat kaget pada laporan-laporan bahwa militer Burma telah mengambil langkah untuk melemahkan transisi demokrasi, termasuk menahan Kanselir Negera Aung San Suu Kyi," ujar Psaki.
Joe Biden disebut telah mendapat briefing mengenai situasi Myanmar.
Advertisement