Liputan6.com, Washington, D.C. - Sebanyak 20 juta vaksin COVID-19 dilaporkan "hilang" di Amerika Serikat. Pemerintahan Presiden Joe Biden tidak bisa melacak vaksin yang sudah didistribusikan ke negara-negara bagian.
Melansir laporan Politico, Senin (1/2/2021), pelacakan vaksin diserahkan kepada sistem kesehatan ke masing-masing negara bagian. Pemerintahan Biden masih belum mengetahui nasib vaksin-vaksin tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Dari 20 juta vaksin COVID-19 yang dikirim ke negara bagian, baru ada 2 juta yang disuntik kepada masyarakat.
Vaksin yang "hilang" itu kemungkinan masih ada di gudang atau masih transit.
Joe Biden yang sudah disuntik vaksin Pfizer kini menggiring kesalahan ke Donald Trump yang dianggap tak bisa membuat rencana.
"Program vaksin berada di kondisi yang lebih buruk dari yang kita antisipasi atau ekspektasikan," ujar Presiden Joe Biden.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Tak Dapat Informasi Penuh
Seseorang yang familiar dengan program vaksinasi di AS berkata tim Joe Biden memiliki kompetensi, namun tugasnya memang berat.
"Ini seperti kutipan Mike Tyson: 'Semua orang punya rencana sampai mereka terpukul di wajah,'" ujar orang tersebut.
"Mereka punya rencana. Mereka kompeten. Hanya saja beban dari segalanya ketika anda duduk di kursi itu. Berat," lanjutnya.
Pejabat lain di pemerintahan Biden juga menggiring kesalahan pada Donald Trump karena tidak mendapatkan informasi utuh.
"Tak ada yang mendapat gambaran utuh," ujar Juliet Morita, anggota tim transisi Joe Biden.
"Rencana-rencananya dibuat dengan asumsi bahwa lebih bnayak informasi akan disediakan dan diungkap setelah kita masuku Gedung Putih," ujarnya.
Advertisement
Penghuni Penjara Guantanamo Batal Terima Vaksin COVID-19
Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS) pada Sabtu (30/1) memutuskan menunda rencana vaksinasi para tahanan di Guantanamo dengan vaksin COVID-19. Rencana itu dikritisi sebab masih banyak pekerja garis depan dan warga lansia yang belum divaksin.
Menurut laporan VOA News, Senin (1/2/2021), Partai Republik menentang keras rencana pemberian vaksin kepada "teroris" lebih dahulu ketimbang masyarakat.
"Tidak ada tahanan Guantanamo yang divaksinasi," kata juru bicara Pentagon John Kirby lewat Twitter seperti dilaporkan kantor berita AFP.
"Kami menangguhkan rencana, sementara kami meninjau protokol perlindungan angkatan bersenjata. Kami tetap berkomitmen untuk menjaga agar tentara kami tetap aman."
Pangkalan Angkatan Laut di Teluk Guantanamo, Kuba menampung tahanan teroris, termasuk seorang tokoh Al-Qaeda yang diduga merencanakan serangan 9/11 Khalid Sheikh Mohammed.
Kementerian Pertahanan mengatakan kepada media AS pekan ini bahwa mereka akan menawarkan vaksinasi kepada para tahanan dan narapidana untuk menerimanya "secara sukarela."
Infografis COVID-19:
Advertisement