Liputan6.com, Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko membantah tudingan ingin mengambilalih kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Partai Demokrat. Moeldoko menduga tudingan tersebut muncul setelah beredarnya foto-foto dirinya bersama sejumlah orang.
"Munculah isu dan seterusnya mungkin dasarnya foto-foto ya, ada dari Indonesia Timur dari mana-mana datang ke sini kan ingin foto sama gue, sama saya. Ya terima saja, apa susahnnya," ujar Moeldoko dalam konferensi pers virtual, Senin (1/2/2021)
Advertisement
Moeldoko mengatakan dirinya selalu terbuka kepada tamu-tamu yang ingin bertemu termasuk ketika di rumah. Dia tak menyebutkan siapa saja tamu yang datang, namun mereka menceritakan soal persoalan di Partai Demokrat.
"Secara bergelombang mereka datang berbondong-bondong ya kita terima. Konteksnya apa saya juga enggak ngerti," ucapnya.
"Berikutnya curhat tentang situasi yang dihadapi, ya gue dengerin aja, gitu. Berikutnya yaudah dengerin aja," sambung Moeldoko.
Dari sanalah, dia menilai isu dirinya ingin mengambilalih Parti Demokrat muncul. Moeldoko mengaku tak mau ambil pusing dengan isu kudeta tersebut.
"Kalau itu menjadi persoalan yang digunjingkan itu ya silakan saja. Saya tidak keberatan," kata dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Kecurigaan AHY
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY mengatakan, telah menaruh curiga terkait gerakan pendongkelan paksa atau kudeta kursi ketua umum partai yang tengah dijabatnya. Pada awalnya, hal tersebut dinilai sebagai problem internal yang dapat diselesaikan tanpa diumbar.
"Kami mencium gerakan ini dari sebulan lalu, kami menganggap persoalan ini hanyalah masalah kecil dan internal belaka, tetapi sejak adanya laporan keterlibatan pihak eksternal dari lingkar kekuasaan yang masuk secara beruntun pada minggu lalu, maka kami melakukan penyelidikan mendalam," kata AHY saat jumpa pers di Kantor DPP Partai Demokrat yang disiarkan secara daring, Senin (1/2/2021).
AHY pun membeberkan siapa saja para pelaku gerakan pendongkelan paksa atau pengkudeta kursi ketua umum Partai Demokrat. Menurutnya, dari kesaksian para kader diterimanya dalam berita acara pemeriksaan, ada dua golongan.
"Pertama, pelaku yang berasal dari kader partai dan kedua mereka yang berasal dari nonkader partai," ujarnya.
Terhadap pelaku internal, AHY menyebut lima latar belakang sosok. Pertama, seorang kader Demokrat aktif, kedua, seorang kader yang sudah enam tahun tidak aktif, ketiga, satu orang mantan kader yang sudah sembilan tahun diberhentikan dengan tidak hormat dari partai karena menjalani hukuman akibat korupsi, dan keempat adalah seorang mantan kader yang sudah keluar dari partai tiga tahun lalu.
"Sedangkan non kader, adalah seorang pejabat tinggi pemerintahan yang sekali lagi sedang kami mintakan konfirmasi dan klarifikasinya ke Presiden Joko Widodo," tegas AHY.
Advertisement