Kata Ahli Soal China yang Gunakan Swab Anal untuk Tes Corona

Tes usap (swab) anal mungkin lebih akurat terutama mengetahui keberadaan Virus Corona penyebab COVID-19 pada bayi.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 02 Feb 2021, 10:00 WIB
Ilustrasi tes Swab, PCR. (Photo by Mufid Majnun on Unsplash)

Liputan6.com, Tiongkok - Tes usap (swab test) hidung dan tenggorokan atau swab PCR sudah umum dilakukan untuk menguji apakah seseorang terinfeksi Virus Corona atau tidak. Tetapi menurut ahli, swab anal mungkin lebih akurat, terutama pada bayi.

Swab anal yang dilakukan China untuk tes COVID-19 ini memang menjadi sorotan para ahli. Beberapa ahli percaya bahwa tes usap di bagian anal lebih baik dalam mendeteksi Virus Corona.

Mengutip laman Forbes pada Selasa, 2 Februari 2021, swab anal telah dilakukan terutama pada orang yang tinggal di daerah klaster COVID-19 dan banyak yang dikarantina di daerah tersebut. Termasuk di antaranya orang-orang yang baru tiba di Beijing dan lebih dari 1.000 orang yang terdiri dari anak sekolah dan guru yang diperkirakan terpapar SARS-CoV-2.

Swab anal dilakukan dengan cara memasukkan alat khusus 1,2-2 inci (3-5 cm) ke dalam rektum. Setelah berada di sana, kapas tersebut diputar perlahan beberapa kali, kemudian dikeluarkan dan ditempatkan ke dalam wadah sampel. Seluruh proses hanya membutuhkan waktu sekitar 10 detik, dilansir dari Health.

Cara ini, menurut salah seorang dokter senior dari Beiking's Youan Hospital, dr Li Tongzeng lebih efektif karena virus dapat bertahan lebih lama dari sampel yang diambil dari kotoran pasien. Mengingat beberapa pasien tanpa gejala (OTG) yang cenderung cepat pulih, tidak meninggalkan jejak Virus Corona di tenggorokan mereka setelah tiga hingga lima hari.

"Jika kita melakukan usapan anal untuk pengujian asam nukleat, itu akan meningkatkan tingkat deteksi pasien dan menurunkan kemungkinannya salah diagnosis atau terlewat," katanya dikutip dari Health.

Metode swab anal sebenarnya telah digunakan di China untuk mendeteksi virus corona sejak tahun lalu, terutama pada sekelompok orang di pusat karantina. Namun memang, tes usap ini tidak akan digunakan seluas metode lain, karena tekniknya yang membuat tidak nyaman, dilansir dari CCTV.

 

 

Load More

Simak Video Berikut Ini:


kelemahan tes anal

Seorang perempuan menjalani tes usap atau Swab Antigen di Pelabuhan Kali Adem, Jakarta, Kamis (31/12/2020). Pemeriksaan swab antigen kepada wisatawan yang akan liburan Tahun Baru di Kepulauan Seribu dilakukan untuk mencegah penyebaran COVID-19. (merdeka.com/Imam Buhori)

Mengutip dari Al Jazeera, seorang bupati di Weinan, di provinsi Shaanxi utara, memberi contoh bukti kasus positif COVID-19 pada seorang pria berusia 52 tahun yang memiliki gejala batuk. Pria itu dikarantina di pusat karantina untuk observasi medis karena berhubungan dekat dengan pasien COVID-19 lain pada awal Januari, yang awalnya dinyatakan negatif virus corona. Namun ketika diuji usap anal, ia dipastikan memiliki virus.

Penggunaan usap anal untuk mendeteksi COVID-19 tetap kontroversial. Wakil direktur departemen biologi patogen di Wuhan University, Yang Zhanqiu, mengatakan "tes usap hidung dan tenggorokan tetap menjadi tes yang paling efisien, karena virus terbukti tertular melalui saluran pernapasan bagian atas, bukan sistem pencernaan," dikutip dari China's Global Times.

Adapun beberapa penelitian yang mendukung usap anal untuk COVID-19, setidaknya untuk anak-anak, seperti yang tercantum di makalah yang diterbitkan September 2020 oleh peneliti dari Chinese University of Hong Kong (CUHK). Mereka menemukan kalau tes tinja kemungkinan lebih efektif daripada tes pernapasan dalam mengidentifikasi infeksi COVID-19 pada anak-anak dan bayi karena mereka membawa viral load yang lebih tinggi di tinja mereka daripada orang dewasa.

Meski lebih efektif, namun metode ini juga memiliki kekurangan, selain membuat tidak nyaman.

Pakar penyakit menular, Amesh A. Adalja, MD, sekaligus peneliti senior di Johns Hopkins Center for Health Security di Maryland mengatakan memang benar SARS-CoV2 dapat ditemukan di saluran gastrointestinal (GI), dan menguji feses dapat berguna untuk memahami prevalensi komunitas (untuk mengetahui lebih jelas prevalensi orang-orang yang tertular COVID-19). Meskipun tidak jelas apakah usap anal pada orang lebih berguna untuk mendeteksi orang yang menularkan COVID-19, terutama ketika mereka tidak menunjukkan gejala.

Dr. Adalja juga khawatir apabila tes usap anal digunakan luas seperti tes usap hidung dan tenggorokan dapat membuat orang enggan untuk menjalani tes. Sehingga menurutnya, "Untuk mencapai sebagian besar tujuan, termasuk skrining individu tanpa gejala, sampel hidung atau air liur sudah cukup."


Infografis Perbedaan Rapid Test Antibodi, Rapid Test Antigen, Swab PCR Test

Infografis Perbedaan Rapid Test Antibodi, Rapid Test Antigen, Swab PCR Test (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya