Restrukturisasi Kredit BTN Tembus Rp 57,5 Triliun untuk 330.381 Debitur

BTN telah merestrukturisasi kredit sebesar Rp 57,5 triliun.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Feb 2021, 14:45 WIB
Pengunjung memadati stan Indonesia Property Expo (IPEX) 2018 di Jakarta Convention Centre (JCC), Jakarta, Sabtu (3/3). PEX 2018 merupakan pameran yang digelar dalam rangka menyambut HUT ke-68 Bank BTN pada 9 Februari mendatang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Hingga Desember 2020, PT Bank Tabungan Negara (BTN) (Persero) Tbk. telah merestrukturisasi kredit sebesar Rp 57,5 triliun. Keringanan pembayaran kredit tersebut diberikan kepada 330.381 debitur bank BTN.

"Kami melakukan restructuring sebanyak Rp 57,5 triliun atau 22 persen dari portofolio kami," kata Plt. Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (BTN) (Persero) Tbk, Nixon LP Napitupulu dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi XI DPR-RI, Jakarta, Selasa (2/2).

Dia mengatakan mayoritas penerima restrukturisasi ini merupakan debitur KPR. "Sebanyak 80 persen sampai 82 persen ini KPR, ini memang diarahkan untuk debitur KPR yang paling banyak," sambungnya.

Masih hingga periode yang sama BTN juga merealisasikan bantuan subsidi bunga kredit kepada UMKM. Nilainya 2,17 triliun yang disalurkan kepada 1,13 juta debitur.

Noxon menjelaskan, subsidi bunga ini diberikan kepada debitur yang memiliki KPR sampai dengan tipe 70. "Untuk pemilik KPR sampai tipe 70 pemerintah memberikan subsidi bunga," kata dia.

Lalu realisasi penjaminan kredit UMKM sampai Desember 2020 sebesar Rp 404 miliar kepada 178 debitur. BTN juga turut menyalurkan kredit pembiayaan dari penempatan dana pemerintah sebesar Rp 33,93 triliun kepada 108 ribu debitur.

BTN juga kata Nixon ikut merealisasikan penyaluran subsidi gaji pada program perlindungan sosial. Sampai akhir Desember 2020 telah disalurkan dana sebesar Rp 2,45 triliun kepada 2,05 juta debitur.

"Kami juga menyalurkan subsidi gaji kepada 2,05 juta debitur dengan total nilai Rp 2,45 triliun," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Diterpa Pandemi, Kredit Rumah BTN Masih Tumbuh 7,7 Persen

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk meluncurkan Plaza KPR dan KPR Hotline di Jakarta, Selasa (12/12). contact center yang dibuka untuk memberikan segala informasi mengenai produk KPR baik subsidi maupun non-subsidi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Plt. Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (BTN) (Persero) Tbk, Nixon LP Napitupulu mengatakan pandemi Covid-19 sangat berpengaruh terhadap kinerja kredit perusahaan. Namun, pertumbuhan KPR bersubsidi masih bisa tumbuh 7,7 persen secara tahunan.

"Kredit perumahan teritama KPR Subsidi masih dapat tumbuh 7,7 persen (yoy)," kata Nixon dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi XI DPR-RI, Jakarta, Selasa (2/2).

Nixon menjelaskan, realisasi kredit BTN BTN pada bulan Maret tercatat Rp 4,19 triliun. "Maret kita akan kan rumah Rp 4,1 triliun, ini untuk Maretnya," kata dia.

Namun, pertumbuhan kredit perumahan pada bulan April dan Mei menjadi titik terendah. Sehingga pertumbuhan kredit rumah baru mulai pemulihan pada bulan Juni. Sehingga pada triwulan II-2020 kredit turun menjadi Rp 3,04 triliun.

"Di bulan Juni saja tinggal Rp 3 triliun, karena April dan Mei memang drop sekali," kata dia.

Memasuki triwulan III, pertumbuhan kredit mulai mengalami perbaikan. Tercatat pertumbuhan kredit di kuartal ini menjadi Rp 4,4 triliun.

Kemudian pada kuartal penutup tahun 2020 kembali meningkat menjadi Rp 6,33 triliun. Meski mengalami pertumbuhan secara per kuartal, namun secara tahunan mengalami penurunan dibandingkan tahun 2019.

"Desember ini rata-rata sekitar Rp 7 triliun," kata dia.


Masyarakat Tahan Diri

Ilustrasi Bank BTN

Sehingga melihat tren pertumbuhan kredit yang ada, Nixon menilai masyarakat saat ini masih menahan diri untuk melakukan aktivitas konsumsi, terutama untuk belanja sektor industri perumahan di atas Rp 300 juta.

"Kalau dilihat, tren sekarang orang menahan diri," kata dia.

Sebaliknya, pertumbuhan kredit rumah subsidi terutama di bawah Rp 300 juta mengalami kenaikan. "Yang kelas di bawah Rp 300 juta ini tumbuh lebih cepat, jadi baik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya