Update 3 Februrari 2021: 103 Juta Kasus COVID-19, Penularan Turun

Penularan COVID-19 terpantu mulai turun seiring program lockdown dan vaksin.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 03 Feb 2021, 10:00 WIB
Pembersih jendela yang mengenakan masker pelindung untuk membantu mengekang penyebaran virus korona rappel di sebuah gedung perkantoran di Tokyo, Selasa (26/1/2021). Jepang mengonfirmasi lebih dari 1.000 kasus Virus Corona baru pada 26 Januari 2021. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Kasus COVID-19 di seluruh dunia telah mencapai 103 juta kasus. Amerika Serikat masih berada di posisi puncak.

Berdasarkan grafik Johns Hopkins University, Rabu (3/1/2021), laju penularan COVID-19 pada awal Februari 2021 di seluruh dunia sedang menurun dibandingkan Januari 2021. Ini seiringan dengan adanya lockdown dan program vaksinasi di berbagai negara.

Lima negara dengan kasus tertinggi adalah:

1. Amerika Serikat: 26,4 juta kasus

2. India: 10,7 juta kasus

3. Brasil: 9,2 juta kasus

4. Inggris: 3,86 juta kasus

5. Rusia: 3,84 juta

Prancis, Spanyol, Italia, dan Jerman juga berada di 10 besar sehingga Eropa mendominasi. Sementara, Indonesia masih berada di posisi 19 antara Peru dan Belanda.

Kasus China sudah tembus 100 ribu dengan 100.153 kasus. Jepang yang sedang menerapkan pembatasan sosial mencatat 394 ribu kasus COVID-19.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Load More

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Satgas Covid-19: Selama PPKM Jilid I, Banyak Masyarakat Tak Patuh Protokol Kesehatan

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menegaskan perlu evaluasi daerah dan segera berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri untuk PPKM di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (12/1/2021). (Biro Pers Sekretariat Presiden/Muchlis Jr)

 Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan selama masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Jawa-Bali periode 11-25 Januari 2021, ditemukan banyak masyarakat yang tak disiplin protokol kesehatan. Kemudian, masyarakat juga masih banyak melakukan mobilitas.

"Selama pemberlakukan PPKM jilid 1, masih banyak ditemukan masyarakat yang belum patuh terhadap protokol kesehatan 3M, termasuk juga masih banyak melakukan mobilitas. Yang keduanya dapat meningkatkan resiko penularan," jelas Wiku dalam konferensi pers di Youtube Sekretariat Presiden, Selasa 2 Februari 2021. 

Padahal, kata dia, PPKM Jawa-Bali dapat berjalan efektif apabila masyarakat patuh dan disiplin protokol kesehatan dan ketentuan lainnya yang berlaku selama masa PPKM. Wiku menyebut efektifitas kebijakan PPKM juga harus diikuti dengan penegakan peraturan oleh pemerintah daerah.

Menurut dia, pemerintah akan mengkaji berbagai kebijakan untuk menekan peningkatan kasus positif Covid-19 di masyarakat. Kendati begitu, Wiku meminta agar masyarakat betul-betul mematuhi protokol kesehatan 3M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak).

"Hal terpenting yang harus dilakukan kita semua untuk mengurangi kasus positif, adalah dengan secara disiplin mematuhi peraturan kesehatan 3M sehingga resiko penularan dapat diminimalisasi sekaligus melindungi diri dan orang terdekat dari penularan," tutur Wiku. 


Vaksin Sputnik V Dilaporkan 91,6 Persen Efektif Melawan COVID-19

Foto yang diabadikan pada 15 September 2020 ini menunjukkan vaksin COVID-19 bernama "Sputnik V" milik Rusia dalam uji klinis tahap tiga di Moskow, Rusia. (Xinhua/Alexander Zemlianichenko Jr)

Para ilmuan menyatakan bahwa vaksin Sputnik V buatan Rusia efektif 91,6 persen melawan COVID-19, berdasarkan hasil tinjauan sejawat (peer-reviewed) dari uji coba Fase III yang diterbitkan dalam jurnal medis internasional The Lancet pada Selasa, 2 Februari 2021, waktu setempat.

Para ilmuan mengatakan bahwa hasil uji coba Fase III berarti dunia memiliki senjata efektif lain untuk melawan pandemi Virus Corona mematikan, dan sampai batas tertentu keputusan Moskow untuk meluncurkan vaksin sebelum data akhir dirilis adalah keputusan tepat. 

Hasilnya, yang disusun Gamaleya Institute di Moskow yang mengembangkan dan menguji vaksin Sputnik V, sejalan dengan data kemanjuran yang dilaporkan pada tahap awal uji coba yang telah berjalan di Moskow sejak September 2020.

Dalam komentar yang dibagikan The Lancet, Profesor dari University of Reading, Ian Jones, dan Profesor dari London School of Hygiene & Tropical Medicine, Polly Roy, mengatakan, pengembangan vaksin Sputnik V telah dikritik lantaran tergesa-gesa sebagai jalan singkat semata, dan tidak adanya transparansi.

Namun, hasil yang dilaporkan telah membuktikan bahwa prinsip dalam pengembangan vaksin tersebut sangat jelas.

"Hasil yang dilaporkan di sini jelas dan prinsip ilmiah vaksinasi telah dibuktikan," kata para ilmuan yang tidak terlibat dalam penelitian vaksin Sputnik V, seperti dikutip dari situs Channel News Asia pada Rabu, 3 Februari 2021.


Infografis COVID-19:

Infografis GeNose, Alat Deteksi Cepat Covid-19 Karya Anak Bangsa. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya