SWF Berpotensi Tambah Beban Utang Negara, Kenapa?

Pembentukan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau SWF berpotensi beri beban utang negara dalam pendanaan proyek strategis nasional.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 03 Feb 2021, 16:39 WIB
Utang Pemerintah (Liputan6.com/Triyasni)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Avilian menilai, pembentukan Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI) berpotensi beri beban utang negara dalam pendanaan proyek strategis nasional.

Dalam hal ini, ia menyoroti minimnya pemasukan investasi asing langsung atau foreign direct Investment (FDI) sejak masa krisis ekonomi 2008. Khususnya dalam pembangunan infrastruktur yang sulit memperoleh investasi, khususnya FDI.

Aviliani mengatakan, investor asing kerap mengamati efek berganda (multiplier effect) dari suatu proyek infrastruktur, sejauh mana itu akan memberikan dampak pada perekonomian.

"Itu yang akan jadi masalah sendiri. Soalnya bisa jadi beban utang besar, tapi sebenarnya tak efektif untuk ekonomi. Kelemahannya ada di situ, soalnya kita bangun di supply side bukan demand side. Kalau ekonomi enggak gerak cepat buat apa kita bangun?" ujarnya dalam suatu sesi webinar, Rabu (3/2/2021).

Dia mencontohkan proyek Jalan Trans Papua yang pembangunannya kerap terhambat. Menurut dia, jika suatu proyek lambat dalam memberikan multiplier effect, maka investor akan pikir ulang jika pendanaannya tak menghasilkan profit.

"Kalau dana berkurang pemerintah juga harus PMN terus. Dalam sejarah kan perusahaan BUMN banyak yang di-top up terus tapi enggak beri return," ulas Aviliani.

Oleh karenanya, ia menyarankan agar pemerintah memikirkan strategi penerapan tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance (GCG) dalam implementasi SWF Indonesia dalam menarik investasi untuk proyek infrastruktur besar.

"Yang ditakutkan, banyak proyek tapi enggak berikan multiplier effect dan tidak berikan pengembalian. Ini bisa jadi beban negara. Jadi menurut saya dengan adanya SWF Indonesia kita dukung, tapi bagaimana GCG-nya. Tanpa ada ukuran GCG, jika ada ukuran saja bisa tak tercapai, bagaimana enggak ada ukuran," tuturnya.

 

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Jokowi Umumkan Nama Direksi SWF Indonesia Pekan Depan

Dalam pidato pembukaan Google for Indonesia, Presiden Jokowi mengutarakan pesan dan dukungannya untuk UMKM dan anak-anak muda yang berkiprah di bidang teknologi. | Google Indonesia

Presiden Joko Widodo (Jokowi) tengah menyeleksi nama-nama yang akan mengisi kursi direksi Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau sovereign wealth fund (SWF) Indonesia. Setidaknya dalam satu pekan ini nama-nama tersebut akan diumumkan ke publik.

"Jadi, saya harap pekan ini atau di pekan depan kita bisa mengumumkan siapa BOD yang akan urus investasi di Indonesia. Kita percaya, mereka bisa mendapatkan yang terbaik untuk menjalankan organisasi ini," ujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, di acara Mandiri Investment Forum, Rabu (3/2/2021).

Dengan adanya LPI ini, maka ke depan Indonesia akan banyak mendapatkan peluang investasi. Masuknya investor ke Indonesia ini dibuat agar bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan membantu pergerakan sendi sendi ekonomi.

Dia mencontohkan, selama ini pertumbuhan ekonomi ditopang aktivitas UMKM. Apalagi selama pandemi ini, aktifitas industri kecil dan menengah menjadi penyelamat. Hanya saja, memang selama ini kepedulian pemerintah terhadap UMKM ini masih belum maksimal.

"Kita juga percaya bahwa tulang punggung dari ekonomi kita adalah UMKM tersebut. Kita bicara banyak sekali tentang UMKM tapi kita memberikan sangat sedikit perhatian terhadap mereka," tambah Luhut.

Seperti diketahui, saat ini sudah ada tiga nama yang berada di meja Presiden. Tiga nama ini disinyalir akan menjadi kandidat kuat sebagai pentolan dari LPI ini. Ketiganya adalah Ridha Wirakusumah, Tigor Siahaan dan Arif Budiman.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya