SWF Kucurkan Modal ke Bank Syariah Indonesia, Mungkinkah?

Keterlibatan SWF dalam membantu Bank Syariah Indonesia harus dilihat dari demand terhadap bank syariah di Indonesia sejauh ini.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 03 Feb 2021, 20:51 WIB
Pekerja beraktivitas di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Pada 27 Januari 2021, BSI telah mendapatkan persetujuan dari OJK ditandai dengan keluarnya Salinan Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor 4/KDK.03/2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) yang dihimpun dari 3 bank syariah BUMN pada 1 Februari 2021. Di sisi lain, pemerintah telah mempersiapkan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia guna menghimpun investasi.

Lantas, mungkinkah SWF Indonesia bantu Bank Syariah Indonesia untuk mendapat suntikan modal?

Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menilai, keterlibatan SWF dalam membantu BSI harus dilihat dari demand terhadap bank syariah di Indonesia sejauh ini, yang secara investasi lebih ke jangka panjang.

"Mungkin dari missmatch-nya bisa saja meningkat, karena nanti yang menabung di bank syariah itu memang jangka panjang. Tentunya yang model-model jangka panjang, atau mungkin jangka pendek yang likuid banget. Kalau modelnya tabungan harusnya investasinya yang cepet pengembaliannya. Kalau ini kan agak panjang," tuturnya dalam sesi webinar, Rabu (3/2/2021).

Eko juga turut menyoroti motivasi lain penggabungan 3 bank syariah Himbara ke dalam Bank Syariah Indonesia, yakni untuk lebih mendorong penyaluran dana kepada pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

"Jadi kalau kesimpulannya saya rasa harus lihat dulu basis fund-nya, simpanannya itu di mana. Kalau sebagian besar tabungan ya jangan, wong nanti itu sangat cepat sekali untuk diambil," kata dia.

Sementara ekonom senior Indef Aviliani berpendapat, kebanyakan bank syariah di Indonesia selama ini secara pendanaan lebih rendah dari penyaluran kredit. Terlebih rasio kredit terhadap dana pihak ketiga atau loan to deposit ratio (LDR) perbankan syariah kerap bergulat dengan likuiditas ketat.

"Ekonomi syariah di Indonesia tuh lebih banyak orang kalau minjam pakai syariah, kalau nabung enggak. Makanya bank syariah kita tuh biasanya LDR-nya di atas 100 (persen)," ujar Aviliani.

 

 

 

Saksikan Video Ini


Melalui SWF, Bank Syariah Indonesia Siap Rights Issue

Nasabah menunggu di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) siap membuka peluang bagi investor baru melalui Sovereign Wealth Fund (SWF) atau dana abadi bernama Indonesia Investment Authority (INA).

Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan modal sehingga bisnis yang akan dijalankan dapat berkembang dan beroperasi dengan lebih baik.

"Kami ingin melakukan rights issue dan  jika ada match of interest kami akan sangat terbuka untuk bekerjasama dengan investor, seperti yang ingin mengambil block seed di Bank Syariah Indonesianantinya," kata Kartika dalam acara Mandiri Investment Forum 2021, Rabu (3/2/2021).

Selain itu, Ia menyebut, Lembaga Pengelola Investasi (LPI) akan mengelola proyek terkait infrastruktur dalam dua tahun ke depan, seperti jalan tol, bandara dan pelabuhan.

Tak hanya itu, LPI juga ikut serta dalam program terkait transformasi perekonomian, seperti pembentukan holding rumah sakit,  hingga merger bank seperti Bank Syariah Indonesia.

"Bank juga membutuhkan peningkatan modal yang signifikan dalam jangka menengah. Kami akan sangat terbuka untuk bekerja sama dengan investor," ujar dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya