Erick Thohir Sindir 4 BUMN Kinerja Sahamnya Loyo Usai IPO

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, dirinya tidak mau apabila BUMN yang sudah dipersiapkan go publik malah memiliki kinerja yang buruk

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Feb 2021, 11:14 WIB
Ketua Pelaksana Komite Penanggulangan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Erick Thohir membahas perlindungan tenaga kesehatan dari paparan COVID-19 dalam pertemuan dengan IDI di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (3/9/2020). (Dok Tim Komunikasi Komite Penanganan COVID-19)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mempersiapkan 8 hingga 12 BUMN bisa melantai di bursa efek (IPO) tahun ini. Dia berharap BUMN yang nantinya akan go public tidak hanya tercatat tetapi harus memiliki fundamental yang kuat.

"Saya nggak mau bilang angka fix nya nanti dicari-cari. Tapi ada 8 hingga 12 yang kita akan go public, akan tetapi bukan sekedar go-public, kembali fundamental dan sustain harus ada," ujarnya, Jakarta, Kamis (4/2/2021).

Erick Thohir mengatakan, dirinya tidak mau apabila BUMN yang sudah dipersiapkan go publik malah memiliki kinerja yang buruk. Sebab, hingga kini ada 4 perusahaan BUMN yang tercatat di bursa efek dalam kondisi tidak baik.

"Karena saya tahu ada 28 BUMN yang sudah listing Juga ada 4 yang terengah-engah. Itu yang kita akan perbaiki juga. Karenanya, jangan hanya sekedar listing tetapi kuncinya tadi bersaing dan sustain, 8-12 ini kita persiapkan untuk 2021-2023," jelasnya.

Keinginan melantai di bursa, kata Erick Thohir, tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Di antaranya adalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa Efek Indonesia (BEI) dan stakeholder lainnya.

"InsyaAllah dengan kerja keras kami dan dukungan dari OJK, bursa dan seluruh penganut kebijakan. Ini bisa kita jalankan sesuai dengan target yang kita canangkan dan Insya Allah perusahaan-perusahaan yang kita akan listing juga perusahaan-perusahaan yang baik yg punya strategi jangka panjang," tandas Erick Thohir.

Anggun P. Situmorang

Merdeka.com

Load More

Debut di BEI, Harga Saham Bank Syariah Indonesia Naik 5 Kali Lipat

Pekerja beraktivitas di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Pada 27 Januari 2021, BSI telah mendapatkan persetujuan dari OJK ditandai dengan keluarnya Salinan Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor 4/KDK.03/2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia (BSI, kode saham: BRIS) Hery Gunardi menyampaikan kinerja BSI yang positif usai pelaksanaan Initial Public Offering (IPO).

Selain harga saham yang naik 5 kali lipat dari Rp 510 per lembar menjadi Rp 2.750 per lembar, kapitalisasi pasar BRIS juga naik menjadi Rp 112,8 triliun. Hery berharap, dengan kinerja yang positif, BRIS bisa masuk ke IDX BUMN20.

"Melihat kinerja saham BRIS yang positif di tengah pandemi kami berharap BRIS dapat menjadi primadona di Bursa serta dapat masuk dalam indeks IDX BUMN20, selain itu kami berharap kinerja ini semakin mendorong dan menginspirasi sektor keuangan dan perusahaan keuangan syariah tentunya untuk melantai di bursa," ujar Hery dalam Index Debut PT BSI, Kamis (4/2/2021).

Adapun, IDX BUMN20 ialah indeks yang mengukur kinerja harga dari 20 saham perusahaan tercatat yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan afiliasinya.

Hery melanjutkan, BSI akan menjadi bank peringkat ke-7 di Indonesia berdasarkan total aset. Sebagai bank hasil penggabungan, per Desember 2020 lalu, BSI mempunyai total aset sebesar Rp 240 triliun, total pembiayaan sebesar Rp 157 triliun, total dana pihak ketiga mencapai Rp 210 triliun serta total modal inti sebesar Rp 22,60 triliun.

Pihaknya menyadari, tugas yang diemban bukan hanya sekadar menggabungkan ketiga bank ini namun juga melakukan transformasi, memperbaiki bisnis proses, penguatan dari sisi manajemen risiko, penguatan dari sisi human capital dan tentunya penguatan dari sisi teknologi digital.

"BSI berkomitmen untuk menjadi lembaga perbankan yang melayani segala lini masyarakat, menjadi bank yang modern serta inklusif dalam memberikan pelayanan kepada seluruh masyarakat dan tetap menjunjung tinggi yang prima sesuai dengan kebutuhan nasabah," tandas Hery.

Semntara itu, selain menjalankan fungsi intermediari dan menyalurkan pajak, Bank Syariah Indonesia juga memiliki konsep yang dapat dioptimalkan untuk melakukan pemerataan ekonomi masyarakat melalui ZISWAF (Zakat, Infaq, Sadaqah).

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya