Jumlah Saham Syariah Melonjak 33 Persen dalam 5 Tahun

Dalam lima tahun terakhir, jumlah investor saham syariah di Indonesia meningkat 1.650 persen.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 04 Feb 2021, 12:55 WIB
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Selama  lima tahun terakhir, pasar modal syariah di Indonesia mengalami pertumbuhan positif. Dalam kurun waktu tersebut, Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi mengungkapkan, jumlah saham syariah meningkat 33 persen. Dari 318 saham syariah di akhir 2015, menjadi 426 saham syariah per 22 Januari 2021.

"Sebesar 33 persen dari 318 saham syariah di akhir tahun 2015 menjadi 426 saham syariah per 22 Januari 2021 atau sekitar 60 persen dari total saham tercatat di BEI," ujar Inarno dalam dalam acara perkenalan PT Bank Syariah Indonesia Tbk kepada pelaku pasar modal, Kamis (4/2/2021). 

Adapun kapitalisasi pasar saham syariah tercatat mencapai Rp 3.500 triliun, atau sekitar 47,5 persen dari total kapitalisasi pasar saham di Bursa Efek.

"Dari 51 saham baru yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2020, 38 atau 74,5 persennya merupakan saham syariah," Inarno menambahkan.

Perkembangan pasar modal syariah ini sejalan dengan pesatnya pertumbuhan jumlah investor saham syariah. Dalam lima tahun terakhir, jumlah investor saham syariah di Indonesia meningkat 1.650 persen. 

“Per Desember 2020, investor saham syariah telah mencapai 85.861 investor, atau sekitar 5,5 persen dari total investor saham Indonesia. Artinya ruang untuk tumbuh masih besar sekali untuk investor saham syariah,” kata Inarno. 

 

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Melihat Isi Bank Syariah Indonesia

Pekerja melayani nasabah di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Pada 27 Januari 2021, BSI telah mendapatkan persetujuan dari OJK ditandai dengan keluarnya Salinan Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor 4/KDK.03/2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Pemerintah tengah berupaya meningkatkan kesadaran (awareness) kepada pelaku pasar modal akan hadirnya PT Bank Syariah Indonesia (BSI).

Bank hasil penggabungan tiga Bank BUMN ini sebelumnya telah resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 1 Februari 2021 dengan kode emiten BRIS.

PT BRIsyariah Tbk resmi berganti nama menjadi PT Bank Syariah Indonesia Tbk pada 1 Februari 2021. Bank ini sebagai penerima hasil penggabungan tiga bank BUMN.

Meski berganti nama, perseroan tetap memakai kode saham emiten BRIS. Selain itu, pemerintah pun berupaya meningkatkan kesadaran kepada pelaku pasar modal dengan hadirnya PT Bank Syariah Indonesia Tbk.

Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk, Hery Gunardi menerangkan, sebagai hasil bank penggabungan, per Desember 2020 yang lalu BSI memiliki total aset sebesar Rp 240 triliun. Kemudian total pembiayaan sebesar Rp 157, total dana pihak ketiga (DPK) mencapai sebesar Rp 210 Triliun. Serta total modal inti sebesar Rp 22,60 triliun.

"Bank Syariah Indonesia juga memiliki lebih dari 1.200 kantor cabang yang tersebar di Indonesia dan kurang lebih 20 ribu karyawan,” tutur dia dalam acara Debut PT Bank Syariah Indonesia Tbk, Kamis (4/1/2021).

Dalam laporannya, Hery menyebutkan harga saham BRIS pada saat IPO itu sebesar Rp 510. Sedangkan per 3 Februari 2021, harga saham BRIS mencapai Rp 2.750. “Artinya harga saham BRIS naik sekitar lima kali lipat dibandingkan dengan posisi saat IPO,” kata dia.

Selain itu, kapitalisasi pasar BRIS pada saat IPO hanya sebesar Rp 4,96 triliun. Sementara per 3 Februari 2021 naik puluhan kali lipat mencapai Rp 112,8 triliun.

“Melihat kinerja saham BRIS yang positif di tengah pandemi, kami berharap BRIS dapat menjadi Primadona di Bursa serta dapat masuk ke dalam indeks IDX30. Selain itu kami berharap kinerja ini semakin mendorong dan menginspirasi sektor keuangan dan perusahaan keuangan syariah tentunya untuk melantai di Bursa,” tutur Hery.

Mengutip data RTI, saham BRIS naik 1,45 persen ke posisi Rp 2.790 per saham pada pukul 10.02 WIB. Saham BRIS dibuka naik 20 poin ke posisi 2.770 per saham. Saham BRIS sempat berada di level tertinggi 2.830 per saham dan terendah 2.730 per saham. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 22.733 kali dengan nilai transaksi Rp 271,3 miliar.

Sepanjang Januari 2021, saham BRIS naik 8,44 persen ke posisi Rp 2.440 per saham. Saham BRIS sempat di level tertinggi 3.980 per saham dan terendah 2.230 per saham. Nilai transaksi Rp 16,2 triliun. Total frekuensi perdagangan saham 1.230.808.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya