Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan bahwa deteksi dini atau skrining merupakan hal yang penting bagi seseorang untuk mengetahui apakah dirinya mengidap kanker atau tidak.
Bahkan di masa pandemi COVID-19 pun, seseorang disarankan untuk tetap melakukan deteksi dini kanker, khususnya bagi mereka yang memiliki faktor-faktor risiko.
Advertisement
Cut Putri Arianie, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular mengatakan, beberapa kelompok risiko kanker misalnya mereka yang lingkungan hidupnya erat dengan zat-zat berbahaya atau karsinogenik.
"Kemudian ketika pola makan kita tidak sehat. Kalau di dalam penyakit tidak menular, yang disebut tidak sehat ketika seseorang mengonsumsi tinggi gula, garam, dan lemak," kata Cut Putri pada Kamis (4/2/2021).
Sehingga, apabila seseorang memiliki pola makan yang tinggi makanan atau minuman manis, asin, atau terlalu banyak lemak, disarankan untuk melakukan deteksi dini kanker.
"Kemudian perokok. Perokok aktif itu juga harus skrining, lalu apabila berat badan kita berlebih apalagi kalau obesitas, kemudian kita yang malas gerak," kata Cut Putri dalam temu media virtual terkait Hari Kanker Sedunia 2021.
Ia menambahkan, seringkali karena seseorang tidak pernah melakukan pemeriksaan, dirinya jadi tidak tahu apakah ia berpotensi atau bahkan sudah menyandang kanker.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Tidak Perlu Takut
Di masa pandemi COVID-19, Cut Putri mengatakan bahwa skrining seperti mengukur tekanan darah, gula darah, atau indeks massa tubuh, bisa dilakukan di tingkat komunitas masyarakat.
"Sebagian orang juga punya alat sendiri, bisa dilakukan di rumah sendiri. Ketika angka-angka itu sudah melewati normal maka harus mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan," katanya.
Untuk skrining kanker, Cut Putri mengatakan bahwa fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) bisa melakukan deteksi dini seperti kanker payudara. Hanya saja, apabila ditemukan benjolan penanganannya harus dirujuk ke rumah sakit.
"Banyak sekali kanker yang bisa diskrining, diidentifikasi, didiagnosis di FKTP tetapi tindak lanjutnya hanya bisa di rumah sakit. Inilah pentingnya semua individu masyarakat untuk melakukan skrining," ujarnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa di masa pandemi, Posbindu-PTM di beberapa daerah juga menerapkan janji temu atau mendatangi rumah pasien, untuk menghindari penumpukan massa di satu waktu.
Cut Putri mengatakan bahwa sering sekali penyakit tidak menular seperti kanker, dialami tanpa tanda dan gejala. Sehingga, untuk mengetahuinya hanya bisa dengan cara skrining.
"Tidak perlu takut," kata Cut Putri. "Semakin cepat dideteksi, semakin mudah diketahui dan akan mudah pengobatannya dilakukan, dibanding yang datang 70 persen sudah di stadium lanjut. Sekali lagi, sering sekali, penyakit tidak menular ini tidak ada tanda dan gejala."
Advertisement