Liputan6.com, Jakarta Kasus positif COVID-19 di Indonesia saat ini terus meningkat. Berdasarkan data dari Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19, per Kamis (04/02/2021), kasus positif di Indonesia telah mencapai 1.123.105 kasus, bertambah 11.434 kasus dalam 24 jam terakhir.
Sementara jumlah kasus kematian bertambah 231 orang, sehingga total kasus kematian akibat COVID-19 di Indonesia telah mencapai 31.001 orang.
Advertisement
Sebenarnya untuk menekan kasus dan kematian akibat COVID-19, ada cara yang bisa dilakukan pemerintah. Seperti yang disampaikan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Akmal Taher bahwa pemerintah harusnya memanfaatkan tenaga volunteer untuk meningkatkan tracing dan testing COVID-19.
"Kalau kita trace, kita dapat mana yang harus di-swab, yang ada kontak eratnya dengan gejalanya, kita isolasi lagi. Jika seperti ini yang positif kita obati. Jadi kita menurunkan angka kematian. Kita juga memastikan dia tidak menularkan orang lain," ujar Akmal dalam diskusi virtual, Kamis (04/02/2021).
Eks Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Penanganan COVID-19 ini mengatakan, tracing dan testing yang dilakukan saat ini, terbilang masih kurang optimal karena jumlah tenaga kesehatan yang terbatas.
"(Dalam soal tracing) WHO minta 30 per satu (kasus) positif. Idealnya seperti itu," ujar Akmal.
"Pada perjalanannya, jika yang positif banyak sekali, yang perlu kita trace juga banyak. Satu hari katakan ada 1.000 tambahan orang. Artinya, 1.000 orang itu kita kali 30, (jadi) 30.000 yang harus kita trace. Itu enggak mungkin di puskesmas kita bisa seperti itu," tambahnya.
Simak Video Berikut Ini:
Perlu tenaga non-kesehatan
Maka dari itu, Akmal menekankan, perlunya memanfaatkan tenaga non kesehatan untuk membantu memperbanyak kegiatan tracing dan testing.
"Tenaga di luar tenaga kesehatan seperti kader dan masyarakat yang surveilans berbasis masyarakat itu menjadi sangat penting," jelas Akmal.
Indonesia, disebut Akmal perlu belajar dari negara lain seperti India dan Thailand. "Salah satu keberhasilan mereka, mereka klaim sendiri, mereka punya 1.000.000 volunteers," ucapnya.
Menurut Akmal, kedua negara tersebut benar-benar serius dalam tracing dan testing, di mana meskipun pasiennya tergolong tanpa gejala, mereka tetap melakukan tracing dalam jumlah banyak, dan segera mengisolasi kontak erat tersebut.
(Penulis: Rizki Febianto)
Advertisement