Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir mengatakan, terdapat 8 hingga 12 perusahaan BUMN yang akan masuk ke pasar modal melalui initial public offering (IPO) pada 2021-2023. Hal ini dilakukan untuk menjaga transparansi dan good governance perusahaan BUMN.
Melihat rencana ini, Pengamat Pasar Modal MNC Asset Manajemen Edwin Sebayang mengatakan, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan emiten termasuk BUMN saat hendak melantai di pasar modal.
"Yang pertama perlu diperbaiki itu kinerja fundamentalnya jangan sampai bawa emiten yang jelek dalam market, karena kalau kinerja fundamentalnya jelek jadi enggak menarik," ujar dia.
Baca Juga
Advertisement
Edwin juga menuturkan, perusahaan yang memilih melakukan IPO biasanya ingin mendapatkan dana tambahan karena pemilik tak bisa memberikan suntikan dana secara terus menerus dibandingkan harus melakukan pinjaman ke bank.
"Biasanya memilih IPO itu karena pendanaan lebih murah, lalu, biasanya owner atau pemerintah enggak bisa terus menerus memberikan suntikan dana untuk pengembangan. Pasar modal itu sumber pendanaan murah dibandingkan pinjaman di bank atau ketimbang owner memberikan suntikan terus menerus, karena mereka punya keterbatasan," ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
BEI Sambut Baik IPO BUMN
Sebelumnya, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI), I Gede Nyoman Yetna menyambut baik jika ada BUMN yang akan go public.
"Bursa menyambut baik apabila terdapat filling dari perusahaan BUMN (anak usaha/cucu) masuk ke pipeline,” kata dia. Lebih lanjut, Nyoman menyebutkan sampai dengan hari ini ada 27 perusahaan dalam proses evaluasi pencatatan saham BEI.
Advertisement