Ekonomi Papua dan Sulawesi Tumbuh Positif di 2020, Penyokongnya Industri Tambang

Di Sulawesi Tengah yang membuat pertumbuhan ekonomi masih positif ada kenaikan produksi nikel.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Feb 2021, 11:20 WIB
Turis mancanegara usai melihat keindahan taman laut di Pulau Bunaken, Manado, Sabtu (17/12). Tiongkok mendominasi kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) di Manado pada pertengahan tahun hingga mencapai 34 ribu wisatawan. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi Papua dan Sulawesi tercatat positif sepanjang 2020. Hal ini menjadi kabar baik di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mengalami kontraksi 2,07 persen sepanjang 2020. 

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, ekonomi Papua dan Sulawesi masing-masing tumbuh 1,44 persen dan 0,23 persen. Pertumbuhan positif di Sulawesi salah satunya disumbang oleh Sulawesi Tengah sebesar 4,86 persen. Penyebabnya yaitu kenaikan produksi nikel.

"Kalau kita lihat di 2020 ini Sulawesi masih tumbuh positif 0,23 persen. Itu karena masih ada pertumbuhan positif khusus untuk Sulawesi Tengah 4,86 persen," ujar Suhariyanto, Jakarta, Jumat (5/2/2021).

"Di Sulawesi Tengah yang membuat pertumbuhan ekonomi masih positif ada kenaikan produksi nikel," sambungnya.

Sementara itu, untuk Papua masih tumbuh sekitar 1,44 persen. Hal tersebut dipacu pertumbuhan dua provinsi di Papua yang tumbuh positif sepanjang 2020.

"Untuk Papua yang masih tumbuh 1,44 persen karena ada dua provinsi yang tumbuh positif selama 2020, yakni Maluku Utara 4,29 persen dan Papua 3,23 persen. Papua ada kenaikan produksi tembaga," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sepanjang 2020 Minus 2,07 Persen

Pemandangan deretan gedung dan permukiman di Jakarta, Rabu (1/10/2020). Meski membaik, namun pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 masih tetap minus. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 mengalami kontraksi sebesar 2,07 persen. Sementara itu pada triwulan IV 2020 pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi sebesar 0,42 persen dan secara year on year kontraksi sebesar 2,19 persen.

"Pertumbuhan ekonomi secara q to q mengalami kontraksi sebesar 0,42 persen dan pertumbuhan ekonomi y on y dibanding 2019 kontraksi 2,19 persen. Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 mencapai kontraksi 2,07 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam rilis Pertumbuhan Ekonomi secara daring, Jakarta, Jumat (5/2/2021).

 

Perekonomian di berbagai negara pada triwulan IV mulai membaik dibanding triwulan sebelumnya. Namun perbaikan belum terlalu signifikan dan masih dibayangi oleh kekhawatiran Virus Corona.

Pada triwulan IV berbagai negara kembali melakukan lockdown akibat peningkatan kasus Virus Corona. Beberapa negara masih kontraksi, yang positif hanya Tiongkok dan Vietnam.

Inflasi diberbagai negara di 2020 juga mengalami perlambatan signifikan bahkan mengarah ke deflasi. Hal ini disebabkan oleh pembatasan mobilisasi juga pergerakan masyarakat diseluruh negara.

"Pandemi menghantam dua sisi, baik dari sisi demand maupun supply," kata Suhariyanto dalam melaporkan laju pertumbuhan ekonomi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya