Begini Cara Generasi Milenal Lawan Paham Radikalisme dan Ekstrimisme

Kominfo mendorong agar generasi milenial melakukan berbagai kegiatan untuk melawan paham yang bertentangan dengan Pancasila.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Feb 2021, 14:38 WIB
Deputi 7 Badan Intelijen Negara Wawan Hari Purwanto dalam webinar Peran Generasi Milenial dalam Menangkal Paham Radikalisme, Terorisme dan Ekstrimisme yang diselenggarakan Kominfo dengan BEM/DEMA PT Agama Islam Se-Indonesia, Kamis (4/2/2021).

Liputan6.com, Jakarta - Bangsa Indonesia adalah bangsa yang multikultural. Di tengah perbedaan banyak suku bangsa, Indonesia mengalami tantangan berat di era teknologi informasi. Salah satunya adalah isu radikalisme yang masih mewarnai jagat media sosial. Direktur Polhukam Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo Bambang Gunawan mengatakan, gempuran informasi negatif tentang radikalisme dapat merusak sendi-sendi kebangsaan.

"Jika kita tidak siap menghadapi banjir informasi, termasuk konten negatif tentang radikalisme, terorisme dan ekstrimisme, maka itu dapat mengancam keutuhan NKRI," ujar Bambang dalam webinar terkait Peran Generasi Milenial dalam Menangkal Paham Radikalisme, Terorisme dan Ekstrimisme yang diselenggarakan Kominfo bekerja sama dengan BEM/DEMA Perguruan Tinggi Agama Islam Se-Indonesia di Jakarta, Kamis (4/2/2021).

Lantaran ancaman yang nyata dari radikalisme tersebut, Kominfo mendorong agar generasi milenial melakukan berbagai kegiatan untuk melawan paham yang bertentangan dengan Pancasila tersebut. Tenaga Ahli Utama Kominfo Lathifa Al Anshori mengatakan, ada delapan cara milenial dan Gen-Z melawan radikalisme.

"Say no to hoax, bekali diri dengan banyak referensi, jadilah anak muda yang kreatif dan inovatif dalam berkarya, aktif menyebarkan pesan damai, open your mind, kuatkan literasi media, hindari kelompok intoleran dengan cara berkumpul  dengan orang-orang yang sukses serta terakhir implementasikan makna Pancasila dalam kehidupan sehari-hari," ujar Latifa.

Sementara Deputi 7 Badan Intelijen Negara Wawan Hari Purwanto membeberkan sekitar 16.000 aktivitas jaringan terorisme ISIS menggunakan medsos untuk propaganda. Sebanyak 160 grup di medsos digunakan untuk membangun jaringan. Dalam setiap hari ada 90.000 konten ISIS di medsos.

"Ada juga perekrutan di medsos. Sebanyak 3.400 anak muda di seluruh dunia berhasil direkrut ISIS melalui medsos. Bahkan (melalui medsos) bisa berlangsung tanya jawab satu sama lain, ada juga yang memberikan tutorial perakitan bahan peledak lewat medsos," bebernya.

Oleh karena karena itu, Wawan menegaskan radikalisme menjadi ancaman nyata bagi generasi muda di Indonesia. Menurutnya perlu ada sikap kritis dan kewaspadaan dari para orang tua jika melihat gelagat yang mencurigakan dari anak-anak yang terpapar doktrin radikalisme.

Peran strategis milenial dalam menangkal radikalisme menurutnya dengan cara memanfaatkan teknologi informasi untuk menyampaikan pesan-pesan perdamaian.

"Generasi milenal menjadi agent of change, menjadi pionir melawan radikalisme. Milenial harus aktif dalam kegiatan positif, aktif di organisasi kampus, bidang olahraga dan lainnya agar menjadi pribadi-pribadi yang berprestasi, sehingga dapat mengantisipasi dan mencegah masuknya paham radikalisme," ujar Wawan lagi.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Terbuka dan Toleran

Di lain pihak, Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk menjelaskan bahwa konservatisme, fundamentalisme, ketertutupan pikiran (closed mind), intoleransi bisa menjadi bibit-bibit radikalisme.

"Radikalisme itu pintu ke terorisme. Trennya sekarang bahkan perempuan, ibu, anak dilibatkan dalam gerakan radikalisme. Anyone can be a terrorist. Mengembangkan pendidikan yang inklusif, terbuka, dan toleran adalah cara melawan gerakan terorisme sejak dini," ujar Hamdi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya