Liputan6.com, Padang - Pandemi virus corona Covid-19 memukul hampir semua sektor yang berimbas pada anjloknya ekonomi, tak terkecuali di Sumatera Barat. Pada 2020, realisasi pertumbuhan ekonomi provinsi ini minus 1,60 persen.
Koordinator Fungsi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Provinsi Sumatera Barat, Hefinanur mengatakan pertumbuhan ekonomi Sumbar jauh menurun dibanding tahun 2019 yang tumbuh sebesar 5,01 persen, dan pada 2018 mencapai 5,14 persen.
"Kondisi ekonomi Sumbar pada 2020 merupakan yang terendah dalam 20 tahun terakhir," katanya saat memaparkan berita resmi statistik Sumbar 2020, Jumat (5/2/2021).
Ia menyebut ekonomi Sumbar paling anjlok pada triwulan II 2020 yang mencapai minus 4,92 persen, kemudian naik sedikit pada triwulan III menjadi minus 2,91 persen.
Pada 2020, lapangan usaha yang memiliki tren positif yakni sektor akomodasi dan makan minum yakni tumbuh 9,89 persen, diikuti pengadaan listrik, dan gas 7,71 persen.
Baca Juga
Advertisement
Sementara sektor yang minus pada masa pandemi, di antaranya jasa pendidikan, real estate, dan jasa perusahaan.
Kemudian, sektor usaha yang bertahan pada masa pandemi, yakni jasa informasi dan komunikasi yang berkontribusi 6,2 persen.
"Hal ini karena adanya kebijakan belajar dari rumah untuk pelajar dan mahasiswa, kemudian juga work from home sehingga kebutuhan internet meningkat," jelasnya.
Selain itu, Hefinanur mengatakan Sumbar menyumbang 7,22 persen terhadap perekonomian di Pulau Sumatera dan hanya 1,54 persen terhadap perekonomian nasional.
"Pertumbuhan ekonomi Sumbar merupakan urutan keenam dibanding provinsi lain di Pulau Sumatera," ucapnya.
Ia berharap pandemi ini segera berakhir dan perekonomian Indonesia dan Sumbar khususnya bisa bangkit kembali.