Liputan6.com, Jakarta Ada beberapa kasus 'COVID Arm' di Amerika Serikat. Beberapa orang di sana melaporkan mengalami kulit merah dan bengkak beberapa hari setelah mendapatkan vaksin COVID-19.
Menurut dokter kulit bersertifikat di Texaz, Elizabeth Houshmand, bercak merah yang membengkak pada lengan pada beberapa orang setelah menerima vaksin, merupakan bentuk peningkatan respons kekebalan.
Advertisement
"Rasanya tidak nyaman, tetapi saya tidak akan membiarkan hal itu menghentikan Anda untuk mendapatkan vaksin," ujar Houshmand, seperti dilansir laman New York Post, Sabtu (6/02/2021).
American Academy of Dermatology Association, telah membuka pendaftaran bagi penyedia layanan kesehatan untuk melaporkan reaksi seperti itu pada pasien sebagai upaya untuk lebih memahami manifestasi dermatologis dari vaksin COVID-19.
Sementara itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Amerika Serikat dalam situs resminya menyatakan, efek samping umum dari vaksin COVID-19 mencakup rasa sakit dan bengkak di tempat bekas suntikan.
Beberapa orang, disebut CDC, mungkin juga mengalami demam, menggigil, kelelahan, dan sakit kepala usai menerima vaksin.
Upaya Meringankan Rasa Sakit di Bekas Suntikan
Saat seseorang merasakan sakit di tempat bekas suntikan, CDC menyarankan untuk meletakkan lap bersih yang telah dibasahi oleh es atau air dingin. Lalu, letakkan di atas tempat suntikan yang terasa sakit.
Melatih penggunaan tangan disebut CDC, juga bisa dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan tangan usai terima vaksin. Bila memiliki efek samping 'mengkhawatirkan' yang tidak mereda setelah beberapa hari, CDC menyarankan agar orang tersebut harus segera berkonsultasi dengan dokter.
Menimpa Salah Satu Warga California
Sebelumnya, vaksin Moderna dilaporkan menyebabkan efek samping 'COVID Arm' pada sejumlah orang. Seperti yang menimpa wanita asal Visalia, California, bernama Amelia Brown.
Ia mendapat suntikan vaksin dosis pertamanya pada 11 Januari 2021. Setelah disuntik, ia mengaku tidak tidak ada masalah atau efek samping yang berarti.
Namun, pada 18 Januari, tepat satu minggu setelah dosis pertamanya, Brown mengatakan area tersebut menjadi gatal dan iritasi.
“Itu merah terasa gatal. Seperti Anda bisa merasakan benjolan itu," ujar Brown, dilansir laman Mirror.
Keesokan paginya, Brown mengatakan dia bangun dengan benjolan di bekas tempat ia disuntik vaksin.
"Dan itu sangat bengkak, panas saat disentuh, sakit, bahkan jika saya memakai mantel saya hari itu, tekanan mantel itu menyakitkan," tambahnya.
Ahli imunologi Dr Praveen Buddiga mengatakan, 'COVID Arm' 'pada dasarnya adalah jenis hipersensitivitas yang tertunda atau reaksi alergi yang terjadi sekitar 7 hingga 10 hari kemudian.
Buddiga menjelaskan, kasus' COVID Arm' kemungkinan hanya menimpa 2 hingga 9 persen pasien.
"Mereka harus memeriksakan diri ke dokter jika tidak kunjung sembuh dalam 48 jam," ujarnya.
Advertisement
Atasi dengan Lakukan 3 Hal
Buddiga juga merekomendasikan pasien dengan 'COVID Arm', baiknya melakukan tiga hal untuk mengatasinya.
"Cukup gunakan metode meletakkan es di atasnya, minum banyak air, dan regangkan lengan, dan 'COVID Arm' akan hilang dalam waktu kurang dari 24 jam."
Buddiga menegaskan, meskipun seseorang terkena 'COVID Arm' setelah suntikan dosis pertama, orang itu tetap harus mendapatkan dosis kedua vaksin tersebut.
(Penulis: Rizki Febianto)