Liputan6.com, Jakarta - Indonesia merupakan salah satu negara strategis bagi para investor karena memiliki pangsa pasar yang besar. Selain pertumbuhan ekonomi yang pesat, kemudahan dalam regulasi membuat sejumlah industri tumbuh pesat.
Salah satu industri yang tumbuh dengan pesat adalah e-commerce. Sudah barang tentu, meroketnya angka pertumbuhan industri e-commerce berbanding lurus dengan permintaan akan jasa ekspedisi dan pengiriman paket yang aman, nyaman dan cepat.
Advertisement
Populix, platform market research yang menjadi rujukan pelaku usaha dalam mencari tahu kebutuhan pasar dengan jutaan responden di berbagai wilayah di Indonesia, melakukan survei terkait tren jasa ekspedisi dan pengiriman barang.
Dari 5920 responden, 44 persen di antaranya melakukan aktivitas belanja online setidaknya sekali dalam sebulan. Sementara, 17 persen respoden menyatakan seminggu lebih dari satu kali berbelanja online. Umumnya, para responden tersebut memanfaatkan jasa pengiriman untuk mendapatkan barang belanjaanya.
Menariknya, terutama selama masa pandemi, persaingan antar perusahaan jasa pengiriman barang sangat ketat. Bahkan, perusahaan yang terbilang ‘pemain baru’ dalam industri jasa pengirman barang bisa bersaing dan menjadi leader.
“Meskipun terbilang pendatang baru, J&T Express mampu bersaing dan menempati posisi pertama sebagai jasa ekspedisi yang dipilih responden saat berbelanja online,” ungkap Jessica Gautama, Head of Marketing Populix dalam keterangan resminya, Sabtu (6/2/2021).
J&T Express menjadi pilihan dari 44 persen responden. Sementara JNE, Si Cepat dan Pos Indonesia masing-masing meraih 28, 10 dan 3 persen suara responden.
Banyak faktor yang pertimbangan utama konsumen dalam memilih jasa kurir pengiriman barang. Waktu delivery yang cepat dan biaya pengiriman yang terjangkau menjadi alasan utama konsumen dalam memilih kurir. Sebab, sejumlah 57 persen responden mengeluhkan soal keterlambatan pengiriman.
“Keluhan mayoritas konsumen adalah pengiriman barang pesanan atau paket mereka seringkali telat sampai tujuan. Dan ini berpengaruh pada reputasi perusahaan pengiriman barang itu sendiri,” kata Jessica menegaskan.
Selain kecepatan dan biaya murah, sambung Jessica, ada pula faktor lain yang ternyata disukai oleh konsumen. Populix mengidentifikasi ada sejumlah konsumen yang mengharapkan garansi keamanan barang dan pengiriman paket yang bisa tetap dilakukan pada hari libur. Selain itu, mereka juga berharap layanan ekspedisi dapat menjangkau pelosok, tidak hanya terbatas pada kota-kota besar saja.
Dengan data dan survei tersebut, setidaknya para pelaku jasa pengiriman barang bisa lebih jeli dalam memperbaiki layanannya. Sementara pengguna, harus selektif dalam memilih jasa pengiriman yang sesuai kebutuhan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Meski ada Vaksin Covid-19, Masyarakat Diprediksi Tetap Pilih Belanja Online
Pemerintah tengah berupaya menumbuhkan perekonomian di tengah pandemi Covid-19. Seiring dengan vaksinasi Covid-19 sebagai salah satu upaya, pemerintah dinilai harus mendorong Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memanfaatkan pasar digital.
Ekonom dari Institute for Development of Economics (Indef), Bhima Yudhstira, mengatakan pemerintah harus mengembangkan kawasan industri dan pelaku UMKM. Hal ini dinilai sebagai upaya selain vaksinasi, untuk memulihkan kembali perekonomian pada tahun ini.
Mengenai UMKM, Bhima menyarankan pemerintah mendorong UMKM agar memanfaatkan pasar digital. Pasalnya, selama 15 bulan ke depan yang merupakan rencana program vaksinasi, sebagian masyarakat masih berbelanja secara online.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan, membutuhkan waktu 15 bulan untuk program vaksinasi Covid-19 di Tanah Air. Terhitung sejak Januari 2021 hingga Maret 2022.
"Sekarang selama menunggu vaksinasi 15 bulan kedepan, sebagian masyarakat masih berbelanja secara online. Ya bagaimana caranya mendorong UMKM memanfaatkan pasar digital," tutur Bhima saat dihubungi Liputan6.com pada Senin (4/1/2020).
Investasi dan Belanja
Upaya lain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yaitu mendorong kelas menengah dan atas mengeluarkan uang untuk berinvestasi dan berbelanja.
"Selain vaksinasi yang perlu didorong adalah bauran kebijakan fiskal dan moneter, untuk mendorong agar kelas menengah dan atas mengeluarkan uang dari perbankan untuk investasi dan berbelanja," jelas Bhima.
Masalah utamanya, kata Bhima, masyarakat cenderung menghindari risiko dan menabung di bank.
"Jadi insentif fiskal dan moneternya harus fokus perbaikan perilaku konsumsi," tutur peneliti Indef tersebut.
Advertisement