Liputan6.com, Yangon - Mengenakan masker wajah dan pita merah pada APD medis mereka, tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Yangon di Myanmar berpose dengan salut tiga jari sebagai isyarat perlawanan setelah pemimpin sipil mereka, Aung San Suu Kyi digulingkan dalam kudeta militer Senin 1 Februari 2021.
Jari manis, tengah, dan telunjuk menunjuk ke atas. Sederhana namun penuh makna. Tapi, apa artinya? Mengapa demonstran anti-kudeta Myanmar melayangkan salut itu?
Advertisement
Para Katnis Everdeen dari Myanmar, Asia Tenggara
Dikutip dari Mashable Asia (7/2/2021), salut tiga jari itu berasal dari serial novel (yang turut diadaptasi menjadi film layar lebar) The Hunger Games karya Suzanne Collins.
Dalam The Hunger Games, karakter utama, Katniss Everdeen menggunakan salut itu sebagai simbol revolusi dan pemberontakan terhadap pemerintahan totaliter yang berkuasa.
Bermula dari Thailand
Dalam beberapa waktu terakhir, simbol tersebut telah diadopsi oleh negara-negara Asia seperti Thailand dan sekarang Myanmar untuk memprotes pemerintahan otoriter.
Penggunaan pertama salut tiga jari itu dalam sebuah pembangkangan sipil yang populer adalah pada kudeta militer Thailand 2014.
Salut itu, yang dianggap kontroversial dan dapat menyulut gelombang protes publik lain, dinyatakan terlarang oleh junta militer negeri gajah putih. Namun kelompok anti-kudeta Thailand tetap bertahan untuk menggunakannya, termasuk dalam protes anti-pemerintah pada 2020.
Menyebar di Myanmar
Salut tiga jari sekarang menyebar di Myanmar untuk melawan kudeta militer yang mengusir anggota pemerintahan yang dipilih secara demokratis.
Myanmar melaksanakan pemilu pada 2020, menunjukkan kemenangan dominan partai yang dipimpin oleh pemimpin sipil Aung San Suu Kyi.
Militer Myanmar --yang turut bersaing namun kalah telak-- menyatakan pemilu telah dicurangi. Kemudian, mereka melakukan kudeta terhadap pemerintahan sah dan merupakan pemenang pemilu.
Pembangkangan Sipil Terus Berlanjut
Setelah kudeta, Aung San Suu Kyi ditangkap dan akan diadili oleh pemerintah militer baru atas pengkhianatan yang dapat menyebabkan hukuman mati sebagai hasilnya.
Sulit untuk mengatakan apa yang akan terjadi selanjutnya tetapi pada 2 Februari 2021, orang-orang Myanmar turun ke jalan. Mereka melakukan pembangkangan sipil dengan membunyikan panci dan wajan sebagai simbol memprotes kudeta militer.
Memukul-mukul Panci, Mengusir 'Karma Buruk' Kudeta Militer
Sementara itu, orang-orang di Yangon melantunkan "kejahatan pergi!" dan memukul-mukul panci logam --sebuah praktik tradisional yang dipercaya bisa mengusir karma buruk.
Terlepas dari ragam aksi yang mereka lakukan; mulai dari menggedor panci dan wajan hingga salut tiga jari, satu hal yang pasti, mereka menginginkan kebebasan dari pemerintahan militer.