Afrika Selatan Tunda Penggunaan Vaksin AstraZeneca untuk Tangani COVID-19 Varian Baru

Afrika Selatan tengah menunda penggunaan vaksin AstraZeneca dalam menangani Virus Corona COVID-19 varian baru di sana.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 08 Feb 2021, 10:18 WIB
Seorang pengurus keluar dari ruang pendingin tempat penyimpanan jenazah pasien virus corona COVID-19 di rumah duka AVBOB, Soweto, Afrika Selatan, 21 Juli 2020. (MARCO LONGARI/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Afrika Selatan telah menunda peluncuran vaksin Oxford-AstraZeneca setelah sebuah penelitian menunjukkan hasil yang "mengecewakan" terhadap Virus Corona COVID-19 varian baru di sana.

Para ilmuwan mengatakan strain itu menyumbang 90% kasus COVID-19 baru di Afrika Selatan.

Melansir laman BBC, Senin (8/2/2021), studi tersebut, yang melibatkan sekitar 2.000 orang, menemukan bahwa vaksin menawarkan "perlindungan minimal" terhadap kasus COVID-19 ringan dan sedang.

Afrika Selatan telah menerima satu juta dosis vaksin AstraZeneca dan akan mulai memvaksinasi orang pekan depan.

 
Load More

Simak Video Pilihan di Bawah Ini:


Vaksin Alternatif

Para pengurus memindahkan jenazah pasien virus corona COVID-19 ke dalam peti mati di rumah duka AVBOB, Soweto, Afrika Selatan, 24 Juli 2020. (MARCO LONGARI/AFP)

Berbicara pada konferensi pers online pada hari Minggu, Menteri Kesehatan Afrika Selatan Zweli Mkhize mengatakan pemerintahnya akan menunggu saran lebih lanjut tentang cara terbaik untuk melanjutkan vaksin Oxford-AstraZeneca sehubungan dengan temuan tersebut. 

Uji coba tersebut dilakukan oleh University of the Witwatersrand, tetapi belum ditinjau oleh rekan sejawat.

Sementara itu, pemerintah akan menawarkan vaksin yang diproduksi Johnson & Johnson dan Pfizer dalam beberapa pekan mendatang.

"Sayangnya, vaksin AstraZeneca tidak bekerja melawan penyakit ringan dan sedang," kata Prof Shabir Madhi, yang memimpin penelitian tersebut.

Dia mengatakan bahwa penelitian tersebut belum dapat menyelidiki kemanjuran vaksin dalam mencegah infeksi yang lebih serius, karena partisipan berusia rata-rata 31 tahun sehingga tidak mewakili demografi yang paling berisiko mengalami gejala parah akibat virus.

Prof Sarah Gilbert, pemimpin pengembang vaksin di Oxford, mengatakan vaksin tetap harus melindungi dari penyakit parah.

Dia mengatakan pengembang kemungkinan memiliki versi injeksi yang dimodifikasi terhadap varian Afrika Selatan, juga dikenal sebagai 501.V2 atau B.1.351, akhir tahun ini.

Para ahli mengatakan vaksin dapat didesain ulang dan disesuaikan agar lebih cocok untuk varian baru dalam hitungan minggu atau bulan jika perlu.

Hasil awal dari Moderna menunjukkan bahwa vaksinnya masih efektif melawan varian Afrika Selatan, sementara AstraZeneca mengatakan vaksinnya memberikan perlindungan yang baik terhadap varian Inggris yang pertama kali diidentifikasi di Inggris. 

Hasil awal menunjukkan vaksin Pfizer-BioNTech melindungi dari varian baru.


Infografis Virus Corona Varian Baru:

Infografis Varian Baru Virus Corona Hantui Inggris. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya