Liputan6.com, Jakarta - Afrika Selatan menangguhkan rencana pemberian vaksin COVID-19 AstraZeneca-Oxford untuk tenaga kesehatan, setelah hasil uji klinis menunjukkan efektivitas vaksin corona tersebut kurang manjur terhadap varian baru virus corona B.1.351 yang dominan di negara itu.
Menteri Kesehatan Afrika Selatan Zweli Mkhize pada Minggu malam waktu setempat mengatakan bahwa data awal dari studi kecil menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 AstraZeneca hanya menawarkan "perlindungan minimal terhadap penyakit ringan-sedang" yang disebabkan oleh varian Afrika Selatan.
Advertisement
Mkhize mengatakan bahwa varian virus corona ini tampaknya lebih menular dan mendorong naiknya angka COVID-19 di negara itu, dengan lebih dari 90 persen kasus.
"Vaksin AstraZeneca tampaknya efektif melawan strain asli, tetapi tidak melawan variannya," kata Mkhize dikutip dari AP News pada Senin (8/2/2021). "Kami telah memutuskan untuk menangguhkan sementara peluncuran vaksin, lebih banyak pekerjaan harus dilakukan."
Afrika Selatan sesungguhnya telah menerima satu juta dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca pekan lalu. Awalnya, suntikan akan mulai diberikan ke tenaga kesehatan pada pertengahan Februari.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Berharap Vaksin Pfizer dan Johnson and Johnson
Namun, sebuah studi awal terhadap vaksin corona AstraZeneca membuat Afrika Selatan harus menahan sementara rencana imunisasi dengan vaksin tersebut.
Mengutip Sky News, merujuk data yang dikumpulkan University of the Witwatersrand, Afrika Selatan, vaksin corona AstraZeneca hanya 22 persen dalam mengurangi gejala ringan hingga sedang dari varian virus COVID-19 di negara itu.
Pemerintah setempat awalnya berencana menggunakan vaksin AstraZeneca yang diproduksi Serum Institute of India ke tenaga kesehatan. Selain itu, kepada para pekerja, mereka akan diberikan vaksin dari Pfizer dan Johnson & Johnson dalam beberapa pekan mendatang.
Mkhize juga mengatakan bahwa para ilmuwan tengah mempertimbangkan bagaimana vaksinasi COVID-19 dengan vaksin AstraZeneca bisa dilakukan.
"Mulai pekan depan, dan empat pekan ke depan, kami berharap ada vaksin J&J, vaksin Pfizer. Jadi yang akan tersedia bagi petugas kesehatan adalah itu," ujarnya.
Advertisement
Oxford Kembangkan Vaksin Versi Baru
Sementara itu, mengutip Wall Street Journal, juru bicara AstraZeneca mengatakan bahwa mereka yakin bahwa vaksin mereka masih bisa melindungi dari penyakit parah, dan tengah memperbarui vaksin COVID-19 untuk menargetkan varian baru virus corona.
"Kelihatannya kita bisa memiliki versi baru untuk siap digunakan pada musim semi," kata Sarah Gilbert, pimpinan tim pengembang vaksin dari Oxford kepada BBC.
Para ilmuwan di Afrika Selatan dan Inggris percaya bahwa varian B.1.351 50 persen lebih mudah menular dibanding virus corona sebelumnya, berdasarkan peningkatan infeksi COVID-19 yang jauh lebih cepat selama gelombang kedua di Afrika Selatan, serta adanya perubahan struktur biologi virus.
Namun, peneliti Afrika Selatan mengatakan bahwa mereka tampaknya tidak menyebabkan kasus COVID-19 yang lebih parah atau kematian yang lebih besar.
Infografis Orang Tak Divaksin 3 Kali Lebih Berisiko Terpapar Covid-19
Advertisement