Siaga Banjir, BMKG Sebut Banten, Jakarta, Jabar dan Jateng Berpotensi Hujan Ekstrem

BMKG memprakirakan Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah berpotensi hujan ekstrem pada 8-9 Februari 2021.

oleh Rita Ayuningtyas diperbarui 08 Feb 2021, 12:07 WIB
Ilustrasi Hujan Jakarta. (Liputan6.com/Rita Ayuningtyas)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah berpotensi hujan ekstrem pada 8-9 Februari 2021.

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG A Fachri Radjab mengatakan, ada sejumlah fenomena alam yang mempengaruhi hujan lebat tersebut, selain musim penghujan. Pertama, fenomena La Nina.

Fachri menyebut, ada pula faktor dinamika atmosfer lain yang mempengaruhi peningkatan intensitas curah hujan ekstrem di beberapa daerah di Indonesia.

Menurut dia, BMKG sudah memberi peringatan soal musim hujan Indonesia akan terpengaruh La Nina sejak Oktober 2020. Fenomena itu masih berlangsung di Indonesia dengan intensitas moderat. Meski intensitas moderat, hal itu mengakibatkan musim hujan yang lebih basah di Indonesia.

"Selain ada faktor-faktor dinamika atmosfer yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan awan hujan di Indonesia, di antaranya saat ini masih terdeteksi monsun Asia kemudian adanya daerah-daerah pertemuan angin di atas wilayah Indonesia," kata Fachri Radjab seperti dilansir Antara, Senin (8/2/2021).

Dia mengandaikan fenomena pertemuan angin seperti kendaraan yang bertemu di perempatan jalan, yang dapat menimbulkan penumpukan. Dengan terjadi pertemuan angin di atas Indonesia dan suhu makin dingin, maka akan terbentuk awan.

Daerah pertemuan muncul di Indonesia sendiri terjadi karena monsun Asia yang masuk ke selatan karena adanya daerah-daerah tekanan rendah di utara Australia.

"Itu makanya banyak terbentuk daerah pertemuan angin di atas wilayah Indonesia," tambah Fachri soal hasil prakiraan BMKG.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Faktor Lokal

Selain faktor global La Nina dan faktor regional yang menyebabkan daerah pertemuan angin, Fachri menjelaskan adanya faktor lokal.

Faktor lokal penyebab meningkatnya curah hujan ekstrem adalah stabilitas udara yang cenderung labil atau mudah terangkat yang dapat membentuk awan. Proses konveksi awan itu, ujar dia, cukup kuat karena udara yang labil tersebut.

"Kombinasi tiga skala itu maka banyak terbentuk awan-awan hujan di Indonesia," ujar Fachri.

 


Daerah Lain yang Terdampak

Selain empat provinsi yang masuk masuk dalam kategori siaga, BMKG mengategorikan Bengkulu, Lampung, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Papua Barat dan Papua dalam kategori waspada.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya