Liputan6.com, Jakarta - Komisi IV DPR RI menyayangkan pemangkasan anggaran di Kementerian Pertanian. Hal ini dikarenakan instansi yang dipimpin Syahrul Yasin Limpo tersebut menjadi garda terdepan dalam pemulihan ekonomi nasional.
Ketua Komisi IV DPR RI Sudin memaparkan, dalam sejarah krisis ekonomi apapun, sektor pertanian tidak pernah tumbuh negatif. Hal ini terbukti di mana sektor pertanian kembali mencatatkan pertumbuhan positif di kuartal IV-2020, ketika kinerja sebagian besar sektor ekonomi lainnya negatif di tengah pandemi Covid-19.
Advertisement
Bahkan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sektor pertanian tumbuh 2,59 persen secara tahunan (year on year/yoy). Kontribusinya pada produk domestik bruto (PDB) mencapai 13,70 persen, menjadi terbesar kedua setelah industri pengolahan.
"Namun sangat disayangkan meskipun sketor pertanian berkontribusi positif terhadap perekonomian, anggaran belanja Kementan mengalami pemotongan yang sangat besar sekali," kata Sudin dalam RDP dengan Kementerian Pertanian, Senin (8/2/2021).
Untuk itu, dikatakannya, Kom IV sudah memberikan lampu kuning kepada seluruh mitra kerjanya. Dimana fokus kegiatan dan realokasi anggaran adalah kegiatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat petani.
Khusus untuk Kementan, tegasnya, Komisi IV meminta agar kegiatan haruslah fokus pada peningkatan produksi dalam rangka pemulihan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan pangan secara nasional.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tujuan Realokasi Anggaran
Sudin melanjutkan, Komisi IV ingin menegaskan bahwa tujuan pelaksanaan refocusing dan realokasi anggaran adalah dalam rangka menyusun anggaran lebih menitikberatkan atau mengutamakan kegiatan yang berdampak langsung kepada peningkatan produksi di tingkat petani.
"Sekaligus memberikan jaminan ketersediaan pangan bagi masy secara umum, namun program dan kebiajakn yang dilaksanakan harus tetap berpijak pada rasionalisasi, pragmatis di tingkat lapangan," ucapnya.
Oleh karena itu, menurutnya, Komisi IV meminta Kementan agar menyusun anggaran tidak sekedar memenuhi jumlah angka yang di realokasikan, tapi yang lebih penting adalah memangkas kegiatan yang tidak penting dan tidak dapat dilaksanakan karena situasi saat ini.
"Serta tidak melanjutkan program dan kegiatan yang bermasalah maupun kegiatan yang riisko kegagalannya tinggi," pungkasnya.
Advertisement