Ditjen EBTKE Dukung Penerapan Sistem Manajemen Energi Menuju ISO 50001 di 3 BUMN

Untuk mendorong penerapan Sistem Manajemen Energi, Direktorat Jenderal EBTKE mendukung penerapan Sistem Manajemen Energi (EnMS) menuju ISO 50001 di beberapa BUMN.

oleh Athika Rahma diperbarui 08 Feb 2021, 23:09 WIB
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Gedung Airport Operation Control Center (AOCC) Bandara Soekarno Hatta (dok: AP II)

Liputan6.com, Jakarta - Merujuk data tren konsumsi energi final nasional, sektor industri merupakan konsumen energi terbesar kedua setelah transportasi yaitu 33 persen atau sebesar 291 juta SBM. Dari konsumsi energi di sektor industri ini, potensi penghematan energi yang dapat diraih sebesar 10-30 persen, berdasar hasil survei dan audit energi. Potensi ini dapat dicapai melalui implementasi Audit Energi dan Penerapan Sistem Manajemen Energi melalui ISO 50001.

Salah satu agenda utama dalam menghadapi perubahan iklim global adalah mengurangi konsumsi energi dan meningkatkan efisiensi penggunaan energi, sesuai Paris Agreement yang diratifikasi Indonesia di 2016. ISO 50001 sebagai standar internasional untuk sistem manajemen energi diharapkan dapat membantu meningkatkan performa energi, sehingga dapat membantu menghadapi perubahan iklim global dan mencapai target penghematan energi.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 70 tahun 2009 tentang Konservasi Energi, pengguna energi minimal 6.000 TOE wajib melakukan manajemen energi, yaitu menunjuk manajer energi, menyusun program konservasi energi, melaksanakan audit energi secara berkala, melaksanakan rekomendasi hasil audit energi, dan melaporkan pelaksanaan manajemen energi setiap tahun pada Pemerintah.

Maka, penerapan SNI ISO 50001 sangat tepat sebagai pelaksanaan peraturan pemerintah ini. Standar internasional ISO 50001 menetapkan sistem manajemen energi suatu organisasi, yang bertujuan agar setiap organisasi mampu membangun sistem dan proses yang diperlukan untuk meningkatkan performa energinya.

Performa energi yang dimaksud meliputi efisiensi, penggunaan dan konsumsi energi. Menurut data Direktorat Konservasi Energi, Direktorat Jenderal EBTKE, baru ada sebanyak 62 perusahaan sektor industri, 42 perusahaan sektor ESDM, dan 2 sektor bangunan Gedung yang bersertifikat ISO 50001 : EnMS (Energy Management System).

Untuk mendorong penerapan Sistem Manajemen Energi secara luas di berbagai sektor, Direktorat Jenderal EBTKE bekerja sama dengan United Nations Development Programme melalui Proyek MTRE3 (Market Transformation for Renewable Energy and Energy Efficiency through Design and Implementation of Appropriate Mitigation Actions in Energy Sector) mendukung penerapan Sistem Manajemen Energi (EnMS) menuju ISO 50001 di beberapa perusahaan induk Badan Usah Milik Negara (BUMN).

BUMN tersebut adalah PT Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap Jawa Tengah, PT Angkasa Pura I – Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali dan PT Angkasa Pura II – Bandara Soekarno Hatta, Terminal 3, Cengkareng, Tangerang.

Dukungan yang diberikan yaitu memberi stimulus kepada tiga perusahaan BUMN tersebut dalam bentuk insentif pemerintah dalam kerjasama dengan proyek MTRE3-UNDP (dengan hibah Global Environment Facility/GEF), dengan menyediakan pendampingan teknis, pengawalan dan persiapan Sistem Manajemen Energi atau EnMS (oleh konsultan pemenang tender UNDP – EnerCoss) menuju ISO 50001 (sertifikasi taraf internasional) di tahun pertama, dimana Surveillance Energi di tahun kedua dan ketiga menjadi tanggungan perusahaan induk terpilih.

“Konservasi energi itu memang menggiring perusahaan-perusahaan untuk dapat menerapkan manajemen energi. Saya menyambut baik komitmen kuat dari Pertamina. Salah satu target dari Ditjen EBTKE adalah peningkatan penerapan ISO 50001 pada berbagai sektor, salah satunya diwujudkan melalui proyek kerja sama MTRE3”, ujar Direktur Konservasi Energi, Luh Nyoman Puspa Dewi, pada sambutannya pada kegiatan Kick Off Meeting Audit Sistem Manajemen Energi ISO 50001 di Pertamina RU IV Cilacap, Senin (8/2/2021).

Penerapan Sistem Manajemen Energi (EnMS) di tiga perusahaan induk (Holding Companies) di Indonesia dimaksudkan untuk memperoleh hasil sebagai berikut:

- Pemetaan penggunaan dan perencanaan EBT dan langkah-langkah konservasi energi di tiga perusahaan induk terpilih (AP1, AP2, dan Pertamina RU 4);

- Pengawalan teknis, capacity building atau pelatihan Sistem Manajemen Energi dan Persiapan Peran Manajer Energi di tiga perusahaan induk;

- Komitmen level Top Management untuk melakukan Surveillance di tahun kedua dan ketiga sebagai bentuk keberlanjutan manfaat sistem manajemen energi;

- Registrasi dan Sertifikasi ISO 50001 untuk tiga objek di tiga perusahaan induk terpilih;

- Pemetaan Potensi replikasi di anak perusahan atau cabang lain di tiga perusahaan induk terpilih.

Program penerapan sistem manajemen energi di tiga perusahaan induk BUMN ini berlangsung mulai Januari 2021 hingga Juli 2021, dimana target registrasi sertifikasi ISO 50001 untuk tiga perusahaan induk terpilih di targetkan maksimal di Juli 2021.

Kick Off Meeting bersama PT. Angkasa Pura II akan dilaksanakan pada 11 Februari 2021 dan tanggal 18 Februari 2021 bersama PT. Angkasa Pura I.

 


MTRE3

Sebagai informasi, Proyek ‘Market Transformation for Renewable Energy and Energy Efficiency through Design and Implementation of Appropriate Mitigation Actions in Energy Sector (MTRE3)’ merupakan sebuah proyek kerjasama antara UNDP dan Pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal EBTKE, Kementerian ESDM.

Proyek MTRE3 berjalan selama lima tahun mulai dari 2017 hingga 2021 dengan empat wilayah kerja untuk proyek percontohan Energi Baru Terbarukan (EBT), yaitu provinsi Riau, Jambi, Sulawesi Barat, dan Nusa Tenggara Timur, dan wilayah kerja proyek percontohan Konservasi Energi (KE) di beberapa kota besar; Jakarta, Bali, Makasar, Semarang, dll.

Merujuk pada Dokumen Proyek MTRE3 (2017), proyek MTRE3 akan mempromosikan praktik percontohan terbaik terkait implementasi investasi Energi Baru Terbarukan (EBT) dan investasi Konservasi Energi – gedung komersial dengan potensi konservasi energi (penerapan ISO 50001, pendingin ramah lingkungan, sistem manajemen energi, dll), baik di empat provinsi percontohan (NTT, Riau, Jambi dan Sulawesi Barat) maupun di beberapa kota besar (Jakarta, Bali, Makasar, dll) untuk mendorong investasi energi berkelanjutan terutama di masa pandemi.

Dalam mendukung implementasi aksi mitigasi yang tercakup dalam Rencana Aksi Nasional Penurunan Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) dan Rencana Aksi Daerah Penurunan Gas Rumah Kaca (RAD-GRK), proyek MTRE3 berusaha untuk memenuhi target mitigasi perubahan iklim yang berpotensi berkontribusi dalam Nationally Determined Contribution (NDC) Pemerintah Indonesia. (DLP)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya